PILIHAN KELUARGA INDONESIA
Dari zaman nenek moyang, daun kayu putih telah dijadikan sebagai obat segala macam gangguan kesehatan, antara lain, mengurangi rasa sakit dan bengkak yang diakibatkan gigitan serangga. Mereka juga mengolah daun kayu putih tersebut menjadi ekstrak atau dikeringkan untuk jamu ramuan penambah stamina.
DENGAN semakin majunya perkembangan ilmu dan teknologi, minyak kayu putih yang disebut cajuput oil, oleum melaleuca cajeputi, atau oleum cajeputi dihasilkan dengan cara penyulingan daun kayu putih. Kandungan utama tanaman itu adalah minyak atsiri yang dapat diminum atau dibalurkan ke bagian tubuh. Khasiatnya adalah sebagai penghangat tubuh, pelemas otot, dan mencegah perut kembung.
Karena dapat meredakan beragam keluhan, orang menyebut kayu putih sebagai si multiguna. Perhatikan saja, minyaknya biasa dimanfaatkan, mulai obat gosok untuk mengurangi pembengkakan dan rasa gatal karena gigitan serangga, sakit gigi, sakit kepala, pegal-pegal, otot kram, perut kembung, luka memar, hingga untuk campuran obat batuk.
Sejumlah penelitian juga membuktikan, tanaman itu berkhasiat diaforetik (peluruh keringat), analgesik (pereda nyeri), dan desinfektan (pembunuh kuman). Selain itu, kayu putih memiliki khasiat sebagai ekspektoran (peluruh dahak) dan antispasmodik (pereda nyeri perut).
PT Usaha Sekawan Farmasi Indonesia (PT USFI) dengan produk Cap Gajah hadir di tengah keluarga Indonesia sejak 1949. Selama 69 tahun, Minyak Kayu Putih dan Minyak Telon Cap Gajah dipilih keluarga-keluarga Indonesia karena terbuat dari bahan berkualitas tanpa bahan kimia, tanpa zat pewarna, dan tidak membuat iritasi. Dengan demikian, aman buat keluarga.
Minyak kayu putih dari Pulau Buru dipilih PT USFI sebagai satusatunya bahan baku Minyak Kayu Putih Cap Gajah karena kualitasnya paling baik dibandingkan dengan kayu putih dari daerah lain. Bau minyak kayu putih dari Pulau Buru harum dan kesegarannya khas serta memberikan kehangatan yang lama.
Untuk menjaga mutu, proses penyulingan dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap awal dilakukan penyulingan dalam ketel tradisional terlebih dahulu oleh petani kayu putih di Pulau Buru. Beratus-ratus kilogram daun minyak kayu putih hanya menghasilkan beberapa liter minyak kayu putih murni.
Minyak kayu putih murni itulah yang diolah PT USFI, produsen Cap Gajah. Kemudian, dilakukan penyulingan serta pengemasan dengan mesin berteknologi tinggi yang sangat bersih di pabrik. Jadi, tetap higienis.
Sementara itu, untuk pembuatan produk minyak telon, selain menggunakan bahan alami minyak kayu putih, PT USFI menambahkan minyak slada dan minyak fennel. Semua bahan alami itu sampai kini masih dipertahankan. Tak heran jika mutu dan kualitas Minyak Telon Cap Gajah tetap yang terbaik.
Selain minyak kayu putih dan miyak telon, PT USFI juga memproduksi rivanol, alkohol 95 persen dan alkohol 70 persen. PT USFI juga memproduksi minyak angin aromatherapy, minyak seree, bedak salicyl, bedak salicyl menthol, minyak angin, aceton, minyak gondopuro, minyak adas, menthol cone, minyak cengkeh, minyak permen, balsam kayu putih, balsam hijau, salicyl SP, dan berbagai essence dan vanilie.
Kemasan produk juga mengalami sedikit perubahan. Masyarakat yang ingin serbapraktis menjadikan produk-produk Cap Gajah dikemas secara user friendly, seperti, berbentuk botol plastik flip top dan spray. Namun, PT USFI tetap memilih bahan plastik yang tahan lama dan aman digunakan (food grade) agar kualitas produk tetap terjaga. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, semua produk Cap Gajah tersedia di toko obat dan apotek di seluruh Indonesia dengan harga sangat terjangkau. (ran)