Lampu Kuning untuk Jokowi
Kepuasan pada Kinerja Presiden Menurun
JAKARTA – Pertarungan di Pemilu Presiden 2019 bisa jadi berjalan ketat. Sebab, berbagai survei menunjukkan, tingkat keterpilihan Presiden Joko Widodo belum mencapai angka 50 persen dari total jumlah pemilih. Bahkan, berdasar hasil survei Indobarometer, ada kecenderungan tren kepuasan publik pada kinerja Jokowi malah menurun.
Hal tersebut terekam dari data Indobarometer yang melakukan survei di 34 provinsi pada 23–30 Januari 2018. Survei yang melibatkan 1.200 responden itu menunjukkan, memasuki tahun politik 2018, tren kepuasan publik atas kinerja Jokowi justru turun.
”Kepuasan pada kinerja Presiden Jokowi saat Januari 2018 sebesar 60,4 persen,” kata M. Qodari, direktur eksekutif Indobarometer, dalam paparan di Hotel Century, Jakarta, kemarin (15/2).
Qodari menyebut, indeks kepuasan itu cenderung turun. Sebab, pada Maret 2017, ada 66,4 persen publik yang mengaku puas dengan kinerja Jokowi. Puncaknya terjadi pada November 2017 ketika kepuasan publik bera dadi angka 67,2 persen .” Den g antre n ini, lampu kuning menurut saya, karena saat ini 60 persen. Kalau sampai di bawah 50 persen cenderung tidak dipilih kembali,” ujarnya.
Survei yang diambil Indobarometer juga menyimpulkan bahwa nama dominan dalam Pemilu
Presiden 2019 mendatang tetap Jokowi dan Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto. Dalam berbagai simulasi dipasangkan dengan figur lain seperti mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Kapolri Tito Karnavian, Kepala BIN Budi Gunawan, hingga Ketua DPR Bambang Soesatyo, tingkat keterpilihannya rata-rata mencapai 35 persen. Pencalonan itu disimulasikan bahwa rivalnya adalah Prabowo berpasangan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, di mana tingkat keterpilihannya berada di kisaran 21 persen.
”Jika Pak Jokowi berpasangan dengan Pak Prabowo di pilpres, tingkat pilihan publik mencapai 50 persen. Namun, yang belum memutuskan atau tidak tahu masih sekitar 48 persen,” ujarnya.
Qodari menambahkan, konstelasi Pilpres 2019 ke depan tetap menarik meski koalisi partai sudah bisa diprediksi. Perubahan pola koalisi maupun figur calon, menurut dia, ditentukan oleh tiga tokoh. ”Saat ini ada tiga king maker, Bu Megawati dan Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono, Red), serta Pak JK (Jusuf Kalla, Red). Meski Pak JK bukan Ketum partai, kiprahnya selama ini terbukti bisa memengaruhi,” ujarnya.
Di tempat yang sama, legislator Partai Gerindra Aryo Djojohadikusumo menilai, capaian Prabowo di kisaran 21 persen bukan angka yang mengkhawatirkan. Justru, capaian itu sebuah prestasi karena selama ini Prabowo belum melakukan kampanye atau road show apa pun untuk menemui masyarakat. ”Beliau kan cuma bicara di media beberapa kali. Artinya, dukungan minimum Pak Prabowo adalah 21–22 persen,” kata Aryo.
Hal itu berbanding terbalik dengan Jokowi. Menurut Aryo, dengan publikasi media yang masif, ditambah kerja Jokowi yang rajin keliling Indonesia bahkan luar negeri, ternyata indeks kepuasan publik maksimal hanya 60 persen. ”Kalau sukses, seharusnya minimum 60 persen. Bagi saya angka ini baik buat kami, mengkhawatirkan bagi pendukung pemerintah,” ujarnya.