Jawa Pos

Harus Tuntaskan Venue Bermasalah

Evaluasi dari Test Event Asian Games 2018

-

Test event Asian Games 2018 pada 8–15 Februari memberikan banyak pelajaran berharga. Selain performa atlet yang wajib terus digenjot, ada venue yang harus dibenahi sebelum menjadi panggung Asian Games pada 18 Agustus sampai 2 September mendatang.

SALAH satu venue kebanggaan Asian Games 2018 adalah Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta. Di stadion kebanggaan Indonesia itulah bakal digelar opening dan closing ceremony Asian Games 2018. Semua mata bakal tertuju ke sana.

SUGBK juga menjadi arena bagi cabang olahraga (cabor) atletik. Berkaca pada perhelatan test event lalu, SUGBK ternyata masih bermasalah. Salah satunya terkait dengan keberadaan tiga bak pasir untuk nomor lompat jauh. Technical Delegate India Valson Cuddi Kotta mengatakan, keberadaan bak pasir itu sangat membahayak­an atlet. Sebab, posisinya mepet dengan pagar pembatas lapangan. Jaraknya tidak lebih dari 1 meter. ”Tiga bulan lalu saya sudah mengunjung­i SUGBK dan mengingatk­an bahwa letak bak pasir seperti itu sangat riskan bagi atlet,” ucapnya.

Valson berharap ada perubahan. Jika renovasi tidak dilakukan, nomor lompat jauh terancam tidak digelar saat Asian Games nanti. Hal itu jelas menampar muka Indonesia sebagai tuan rumah. Terlebih, nomor lompat jauh adalah salah satu potensi emas bagi tuan rumah. Indonesia memiliki Maria Natalia Londa yang meraih emas pada Asian Games 2014 di Incheon, Korsel. Londa juga menjadi yang terbaik saat test event.

Masih di SUGBK, balok pijakan di lintasan lompat jangkit juga tidak sesuai standar. ”Bahannya salah. Yang dipakai kayak plastik. Seharusnya dari kayu dan sisi-sisinya ditutup plastik,” kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) Tigor Tanjung.

Pelatih lompat galah Indonesia Sainih mengeluhka­n panjang lintasan awalan. Ratarata atlet Asia memakai awalan 20 hingga 22 langkah. Saat test event, atlet Indonesia Idan Fauzan Ichsan hanya bisa memakai 14 langkah. Sebab, posisinya mepet dengan lintasan lari. Untung, Idan meraih emas. ”Dengan keadaan yang seperti itu, takutnya nanti ada komplain dari negara lain,” katanya.

Cabor voli indoor yang menggunaka­n lapangan tenis Senayan juga menemukan kendala. Ruang ganti pemain terlalu kecil. Ada empat ruang ganti dengan dua tipe ukuran. Yakni 9,6 x 7 meter dan 7 x 6 meter. Di dalamnya tersedia toilet, tapi tidak dilengkapi shower.

”Kami akan merombak sekat-sekat untuk memperluas ruang brifing pemain. Terlalu kecil. Secara luas sudah sesuai standar. Hanya sekat-sekatnya yang bikin sempit,” kata Ketua Bidang Kompetisi dan Pertanding­an PP PBVSI Hanny S. Sukarty.

Venue panahan di Senayan juga bermasalah. Kalau hujan, lapangan tergenang. Ketinggian lorong atlet terlalu rendah. Tidak lebih dari 190 cm. Atlet dengan postur tinggi rawan terbentur. Panitia pun menempel tulisan penanda dengan garis merah-kuning agar tidak ada yang terbentur.

Tatang Ferry Budiman, manajer kompetisi panahan, mengatakan, harus ada perubahan ketinggian lorong. ”Entah itu harus mengeruk lantai atau bagaimana, yang penting atlet aman dan nyaman,” katanya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia