Keluhkan Kasur, Suka Nasi Goreng
SELAIN menargetkan sukses prestasi, Indonesia bertekad menjadi tuan rumah yang baik bagi kontingen Asian Games 2018. Ribuan delegasi bakal ditempatkan di wisma atlet di kawasan Kemayoran, Jakarta. Masalahnya, ada beberapa catatan terkait dengan kondisi wisma atlet tersebut.
Yang utama terkait dengan keberadaan dining hall alias ruang makan bersama. Di antara tujuh tower wisma atlet di Kemayoran, baru dua unit yang digunakan untuk test event. Saat hari H pelaksanaan nanti, Inasgoc menyiapkan langkah strategis untuk membangun dining hall baru. ”Rencananya, nanti kami bangun portabel di belakang tower 7 dengan kapasitas 4 ribu orang,” terang Tri Ananta Adreawan, direktur wisma atlet Inasgoc. Selama test event, Inasgoc hanya menggunakan dining hall yang ada di setiap tower dengan kapasitas tidak lebih dari 500 orang. Panitia mendapat banyak masukan dari atlet Indonesia maupun luar negeri yang sudah menjajal wisma atlet. Salah satunya terkait dengan ukuran kasur. ”Ukuran kasur bagi kami terlalu kecil. Apalagi untuk atlet voli dari luar negeri yang tingginya lebih dari 2 meter,” ujar Agung Seganti, open spiker
Indonesia. Selain itu, fasilitas pendukung seperti TV dan mesin cuci dikeluhkan atlet. Panitia memang tidak menyediakan TV di tiap-tiap kamar. Alasannya, TV bisa digunakan bersama di dining hall.
Untuk urusan laundry, setiap atlet diberi fasilitas cuci gratis dua potong pakaian setiap hari. Selebihnya, para atlet bisa memanfaatkan fasilitas laundry
berbayar. Panitia telah menggandeng pihak ketiga untuk urusan tersebut.
Selain kritik atas fasilitas yang ada, apresiasi meluncur dari para atlet peserta test event. Alvin Campos, atlet pencak silat Filipina, menyadari kondisi wisma atlet belum sempurna. Tapi, bagi dia, hal itu tidak menjadi masalah besar. Dia memberikan apresiasi untuk urusan makanan. ”Kami sangat suka makanan Indonesia. Khususnya nasi goreng. Itu sangat lezat,” katanya.