Jawa Pos

SEKOCI BERUBAH JADI PRIORITAS

-

NYON – Situasi AC Milan dan Arsenal di liga domestik hampir mirip saat ini. Sama-sama terlempar dari persaingan Liga Champions. Rossoneri tertahan di peringkat ketujuh hingga giornata ke-25 Serie A, sedangkan Arsenal sulit beranjak dari peringkat keenam pada matchweek ke-27 Premier League.

Situasi yang menuntut kedua tim mencari cara lain untuk bisa berlaga di Liga Champions musim depan. Liga Europa adalah jawabannya. Siapa yang bisa mengangkat trofi juara di Parc Olympique Lyonnais pada 17 Mei mendatang berhak atas tiket lolos otomatis Liga Champions.

Namun, hasil drawing babak 16 besar di Nyon, Swiss, tadi malam WIB (23/2) memaksa Milan dan Arsenal sudah terlibat saling sikut. First leg dimainkan di San Siro pada 9 Maret, sedangkan leg kedua di Emirates Stadium berlangsun­g sepekan berselang (16/3). Walhasil, Liga Europa yang semula menjadi sekoci bagi kedua tim berubah menjadi prioritas utama.

”Jujur saja, di fase akhir drawing tadi (tadi malam, Red), saya berpikir bahwa kami akan bersua RB Salzburg,” ucap Manajer Rossoneri Christian Abbiati kepada Sky Sport Italia. ’’ Ini akan menjadi pertanding­an indah dan bersejarah. Mereka (Arsenal) yang sekarang bukan Arsenal yang pernah kami hadapi sebelumnya,” lanjut eks kiper Milan tersebut.

Pertemuan terakhir kedua klub terjadi pada musim 2011– 2012 di 16 besar Liga Champions. Kala itu Milan yang melenggang ke perempat final setelah unggul agregat 4-3. Rossoneri menang telak 4-0 di San Siro (5/2/2012) sebelum menyerah 0-3 di Emirates (6/3/2012).

Total, kedua klub bersua enam kali di Liga Champions dengan catatan seimbang. Milan menang 2 kali, seri 2 kali, dan Arsenal menang 2 kali.

Berhadapan dengan Arsenal sekaligus menjadi tantangan bagi allenatore Milan Gennaro Gattuso. Sejak Gattuso menggantik­an Vincenzo Montella per 27 November 2017, performa Leonardo Bonucci dkk makin stabil. Milan tidak pernah kalah dalam 11 pertanding­an secara beruntun sekaligus clean sheet dalam empat laga terakhir.

Namun, yang dihadapi Gattuso adalah Arsene Wenger. Pelatih 68 tahun berjuluk Le Professeur itu sudah melatih (klub Ligue 1 AS Nancy) ketika Gattuso masih berusia 6 tahun. Jumlah laga yang ditangani Wenger pun sudah mencapai 1.684 bersama hanya empat klub. Bandingkan dengan Gattuso dengan 138 laga bersama lima klub.

Bahkan, Wenger adalah pelatih yang pernah dijadikan Rino –sapaan akrab Gattuso– sebagai mentornya saat mengambil kursus kepelatiha­n lima tahun lalu.

”Arsene (Wenger) adalah pelatih hebat dan menjadi kebanggaan bisa berhadapan dengannya,” kata Gattuso sebagaiman­a dilansir Tuttomerca­toweb.

 ?? MARCO BERTORELLO/AFP JOHN SIBLEY REUTERS ?? LAWAN SEPADAN: Pengalaman Leonardo Bonucci dan Mesut Oezil bakal menentukan duel AC Milan versus Arsenal di babak 16 besar Liga Europa. Foto atas, Gennaro Gattuso (kiri) bakal menghadapi Arsene Wenger yang pernah menjadi mentornya.
MARCO BERTORELLO/AFP JOHN SIBLEY REUTERS LAWAN SEPADAN: Pengalaman Leonardo Bonucci dan Mesut Oezil bakal menentukan duel AC Milan versus Arsenal di babak 16 besar Liga Europa. Foto atas, Gennaro Gattuso (kiri) bakal menghadapi Arsene Wenger yang pernah menjadi mentornya.
 ??  ??
 ?? PETER CZIBORRA/REUTERS ??
PETER CZIBORRA/REUTERS
 ?? MARCO BERTORELLO/AFP ??
MARCO BERTORELLO/AFP

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia