Minta Dishub Larang Truk Besar Melintas
Pelanggaran Kelas Jalan Picu Kemacetan dan Kerusakan
SURABAYA – Truk-truk besar melenggang bebas di Jalan Wonokusumo– Tenggumung, Semampir. Padahal, jenis kendaraan tersebut seharusnya tidak boleh melintas di jalan kelas III. Pelanggaran tersebut memicu lahirnya kemacetan. Merasa terkena dampak, masyarakat melayangkan protes ke dinas perhubungan dan meminta status jalan dipertegas dengan rambu.
Untuk memperkuat permintaan tersebut, kemarin perangkat Kelurahan Pegirian memantau kondisi Jalan Wonokusumo–Teng-gumung. ”Statusnya bukan jalan kelas I atau II. Namun, macetnya minta ampun,” papar Lurah Pegirian Gatot Soewito. Menurut dia, jalan di wilayahnya jadi favorit jalur cepat ke Suramadu. Selain kendaraan roda dua, banyak pemilik mobil yang ikut-ikutan melintas.
Gatot menegaskan, perlu ada solusi atas semrawutnya kondisi lalu lintas tersebut. Dia mengaku sudah berkomunikasi dengan dinas perhubungan (dishub). Namun, saat itu pembahasan secara lisan masih seputar Jalan Tenggumung. Sebagian Jalan Wonokusumo yang juga masuk wilayahnya belum dibicarakan. Gatot meminta adanya pemasangan rambu larangan melintas untuk truk muatan sumbu terberat (MST) di atas 8 ton.
”Besok (hari ini, Red) saya akan membahas dengan lurah Wonokusumo. Nanti kami ke dishub terlebih dahulu,” papar Gatot. Dia menuturkan, pihaknya bakal mengikuti prosedur permintaan rambu secara resmi. Termasuk memenuhi syarat dan tahapan pembuatan permohonan. Gatot berharap pemasangan rambu mendorong tertibnya sopir truk. Langkah tersebut penting untuk menyelamatkan jalan. Dengan demikian, kerusakan bisa diminimalkan.
Menurut Gatot, kelurahan telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Mereka tidak boleh membawa masuk truk bertonase di atas 8 ton. Apalagi, sampai mengganggu kelancaran transportasi. Masyarakat diimbau mengutamakan kepentingan umum.
Di sisi lain, Koordinator Satgas Pemeliharaan Jalan Dinas Bina Marga dan Pematusan Surabaya Puji Purwanto ikut berkomentar soal adanya pelanggaran kelas jalan. Truk-truk dengan muatan banyak bisa memicu kerusakan jalan. Banyak akses yang berlubang gara-gara kendaraan bermuatan banyak. Sementara itu, proses penambalannya tidak mudah.
”Penambalan harus kuat karena sering dilewati kendaraan. Kalau tak kuat, bisa rusak cepat,” kata Puji. Lelaki itu tidak menampik bahwa saat ini memang masih ada lubang di Jalan Wonokusumo–Teng-gumung. Perbaikan digencarkan. Sebab, lubang-lubang tersebut berbahaya bagi pengguna jalan. Saat hujan, lubang sering tertutup air sehingga memicu terjadinya kecelakaan.