Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I Seret
Panen Raya Bergeser, Penjualan Ritel Lemah
JAKARTA – Kinerja neraca dagang Indonesia masih negatif. Selama tiga bulan berturut-turut (Desember 2017–Februari 2018), neraca tercatat defisit. Laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini pun terancam.
Kondisi itu masih ditambah dengan bergesernya masa panen yang bisa memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan. Menko Perekonomian Darmin Nasution bahkan pesimistis ekonomi nasional bisa mencapai kisaran 5 persen pada awal tahun ini.
Darmin mengatakan, puncak masa panen tahun lalu berlangsung pada Maret. Nah, tahun ini terjadi pergeseran masa panen. Prediksinya terjadi pada April.
”Dilihat dari (sektor, Red) pertanian, memang panennya bergerak sedikit ke depan daripada tahun lalu. Dengan begitu, mungkin saja pertaniannya lebih lambat karena panennya justru keluar pada April. Jadi, baru berdampak di kuartal kedua,” jelasnya saat ditemui di kantornya kemarin (19/3).
Mantan gubernur Bank Indonesia (BI) itu melanjutkan, masa panen tahun lalu terjadi lebih awal karena adanya panen musim gadu atau panen di musim kemarau. Pertumbuhan di sektor pertanian pun mengalami lonjakan pada triwulan pertama. Panen gadu tersebut terjadi dua kali pada 2017.
Hal itu berdampak pada bergesernya masa panen raya tahun ini. ”Ini (masa panen, Red) kelihatannya tidak bergerak kenapa? Karena tahun lalu tampaknya agak terlalu dipaksakan panen gadunya dua kali. Jadi, kedorong menanamnya ke depan walaupun hasil panen gadunya juga tidak optimal,” ulasnya.
Darmin melanjutkan, kemungkinan pergeseran masa panen raya tersebut tecermin dari harga beras yang saat ini tak kunjung turun. Karena itu, pemerintah mengambil beberapa langkah pada dua minggu ke depan untuk menurunkan harga beras sebelum memasuki Ramadan.
Pertumbuhan ekonomi pada
PROYEKSI PERTUMBUHAN KUARTAL I 2018
triwulan pertama ini diakuinya tidak akan setinggi periode yang sama tahun lalu yang sebesar 5,01 persen. Selain faktor bergesernya masa panen, pihaknya menyoroti masalah pertumbuhan kredit perbankan yang masih lemah.
Di sisi lain, Chief Economist Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih menuturkan, pergeseran masa panen memang berpengaruh terhadap laju pertumbuhan
IMF ADB World Bank Bank Indonesia
Pemerintah
INDEF
ADB
Samuel Asset Management
ekonomi kuartal pertama. Selain itu, penjualan ritel yang masih lemah menjadi salah satu penghambat pertumbuhan.
Terkait dengan pertumbuhan kredit perbankan yang masih lesu, menurut dia, hal itu perlu dikaji lebih jauh. Sebab, ada indikasi terjadi shifting dari kredit perbankan ke kredit model peerto-peer lending.
”Soal pertumbuhan kredit perbankan yang ditengarai melambat, kita juga harus lihat perbandingannya dari periode yang sama tahun lalu. Karena biasanya kredit memang melambat pada awal tahun,” kata Lana.
”Tapi, kita juga harus lihat adanya peer-to-peer lending. Sebagian besar mungkin lari ke sana. Mungkin nilainya belum sebesar kredit perbankan, tapi paling tidak itu jadi potensi beralihnya kredit bank ke P2P,” jelasnya.
Pemerintah