Tetap Gagah saat Terbuka
GAGAH. Gambaran itulah yang akan disebutkan orang saat melihat Patricia King sebelum dia mengubah penampilannya. Selama 16 tahun awal di militer, King berpenampilan seperti laki-laki dan bertempur bersama prajurit lainnya.
Dia pernah ditugaskan di Afghanistan pada 2001–2002, 2003, dan dikirim lagi pada 2013–2014. Kemampuannya di lapangan membuat karirnya naik. Dia ditunjuk sebagai pemimpin skuad.
King memiliki istri maupun anak. Sejak lahir, tubuhnya memang menunjukkan bahwa dia laki-laki. Tapi, Juni 2016 semua berubah. King mengaku secara terbuka bahwa dirinya adalah transgender. Dia menjadi prajurit di unit infanteri AS pertama yang secara terbuka mengaku sebagai seorang transgender.
Kepada Business Insider, King mengaku merasa terjebak di tubuh yang salah sejak usia delapan tahun.
Militer menjadi pelarian King. Dia berharap bisa ”sembuh” dan tak berpikir untuk menjadi perempuan lagi. Bayangannya saat itu, jika dikelilingi lingkungan yang sangat maskulin, dia akan lebih nyaman dengan tubuhnya. Dia senang di militer dan karirnya cukup bagus. Tapi, perasaan bahwa dia adalah perempuan di tubuh laki-laki belum hilang.
Selama 15 bulan kemudian, dia menjalani terapi hormon dan perawatan lainnya. Dia mengganti namanya menjadi Patricia dan tampil sebagai perempuan. King belum menjalani operasi kelamin karena masalah finansial. Ketika King kembali dengan penampilan barunya, kawan-kawannya menerimanya. Mereka tahu bahwa dia tentara yang berkualitas. ”Saya senang di militer dan saya akan mengabdi selama mungkin,” terangnya.
Kisah senada dialami veteran militer kapten Sage Fox. Dia lahir sebagai laki-laki dan bergabung dengan militer AS sejak 1993. Fox menyadari bahwa dia adalah perempuan saat ditempatkan di Kuwait pada 2012.
Dia akhirnya mengambil cuti untuk melakukan terapi hormon. Fox mengubah penampilannya sebagai seorang perempuan saat dipanggil untuk kembali bertugas. Saat itu Fox langsung mengaku bahwa dirinya adalah transgender dan telah berpenampilan sebagai perempuan.