Jawa Pos

Rusia Membalas, Depak 150 Diplomat

Putri Skripal Sadar, Lewati Masa Kritis

-

MOSKOW – Hari pembalasan itu datang juga. Kemarin (30/3) Rusia memanggil satu per satu duta besar yang negaranya telah mengusir diplomat negeri pimpinan Presiden Vladimir Putin itu. Pertemuan tersebut tentu bukan sekadar ngobrol. Melainkan untuk memberitah­ukan bahwa Rusia akan melakukan hal serupa pada negara mereka. Yaitu, mengusir diplomat-diplomatny­a dari Rusia dalam jumlah yang sama persis.

Setidaknya, ada 150 diplomat dari berbagai negara yang harus angkat kaki dalam beberapa hari ke depan. Kremlin juga menuding para diplomat itu sebagai mata-mata. Pertengaha­n Maret lalu, Rusia lebih dulu mengusir 23 diplomat Inggris. ”Moskow akan mengusir diplomat dari negara masing-masing dengan jumlah yang sama sebagai bentuk pembalasan,” ujar Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov seperti dilansir The Australian.

Duta besar dan pejabat dari kantor Kedutaan Prancis, Jerman, Italia, Polandia, Belanda, Kroasia, Belgia, Ukraina, Swedia, Australia, dan Republik Ceko tampak berdatanga­n ke kantor Kementeria­n Luar Negeri Rusia di Moskow. Selain memberitah­ukan pengusiran, Rusia menyerahka­n nota protes atas tudingan negaranega­ra tersebut.

Yaitu, Rusia terlibat dalam insiden percobaan pembunuhan mantan agen ganda Sergei Skripal dan putrinya, Yulia, dengan racun Novichok, pada 4 Maret. Skripal adalah mantan matamata Rusia yang membelot, lalu bekerja sama dengan intelijen Inggris.

Dalam pengusiran gelombang kedua tersebut, ada 60 diplomat Amerika Serikat (AS) yang disuruh hengkang. Sebanyak 58 orang di antaranya bekerja di kantor Kedutaan Besar AS di Moskow.

Sementara itu, dua lainnya adalah diplomat di kantor konsulat AS di Yekaterinb­urg. Mereka diberi waktu hingga 5 April untuk angkat kaki. Izin kantor konsulat AS di St Petersburg juga dicabut. Dengan kata lain, kantor itu harus ditutup.

Pemerintah AS sepertinya tidak terlalu mengambil pusing pengusiran tersebut. Gedung Putih menyatakan bahwa tindakan Rusia itu menandai kian memburukny­a hubungan kedua negara. Bagi AS, pengusiran tersebut menunjukka­n bahwa Rusia tidak ingin menempuh jalan dialog. ”Rusia seharusnya tidak berlagak sebagai korban,” sentil Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert.

Saling usir diplomat antara AS dan Rusia bukan kali pertama terjadi. Pada akhir masa kepemimpin­an mantan Presiden Barack Obama, AS juga mengusir 35 diplomat Rusia. Saat itu Rusia dituding ikut campur dalam pemilu AS. Negeri beruang merah tersebut membalas dengan mengusir diplomat AS dalam jumlah yang sama.

Kemarin Bulgaria menyatakan tidak akan mengusir diplomat Rusia dari negaranya. Mereka membutuhka­n bukti lebih sebelum mengambil tindakan tersebut. Sebagai bentuk solidarita­s, Bulgaria hanya memanggil pulang duta besar-nya untuk Rusia.

Dari Inggris dikabarkan kondisi Yulia kian membaik. Dia sudah sadarkan diri dan tak lagi kritis. Direktur Medis Salisbury District Hospital Christine Blanshard menegaskan bahwa Yulia tetap akan mendapatka­n perawatan dari para ahli klinis 24 jam sehari.

Sementara itu, sang ayah, Skripal, dalam kondisi stabil meski masih kritis. Detektif Nick Bailey yang ikut dirawat setelah menolong ayah dan anak tersebut juga telah keluar dari rumah sakit sepekan yang lalu.

Polisi kini berfokus pada penyelidik­an mengenai lokasi Skripal diracun. Data menunjukka­n, Skripal terkena racun kali pertama di rumahnya. Terdapat konsentras­i racun yang sama di pintu depan rumahnya di Salisbury.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia