Jawa Pos

Kualitas Layanan Publik Jatim Menurun

Hasil Survei Tingkat Maladminis­trasi Ombudsman RI

-

SURABAYA – Meski berbagai pembenahan sudah dilakukan, ternyata masih banyak PR yang mesti dibenahi Pemprov Jatim maupun pemkab/pemkot di sektor perizinan maupun layanan publik. Indikasiny­a adalah hasil survei indeks persepsi maladminis­trasi (SIPM) yang digelar Ombudsman RI selama 2017. Provinsi Jatim meraih rapor cokelat atas IPM.

Rapor itu menunjukka­n bahwa indeks maladminis­trasi layanan publik di Jatim masuk kategori sedang. Berdasar hasil penilaian tersebut, Jatim berada di urutan ketujuh dari sebelas provinsi seIndonesi­a yang menjadi objek survei Ombudsman RI.

Dibanding 2017, capaian yang diraih Jatim mengalami penurunan. Sebab, dari survei setahun sebelumnya, provinsi ini menjadi yang terbaik di Indonesia karena meraih rapor hijau (maladminis­trasi rendah). ”Hasil ini perlu jadi bahan evaluasi. Sebab, ini berpengaru­h pada tingkat kepercayaa­n masyarakat terhadap kualitas layanan publik,” tutur Koordinato­r Pelaksana SIPM Ombudsman RI Perwakilan Jatim Achmad Khoiruddin kemarin (30/3).

Dalam survei tersebut, jelas Khoiruddin, Ombudsman melakukan penelitian terhadap pelaksanaa­n di empat sektor yang

paling banyak diakses publik. Yakni layanan perizinan, administra­si kependuduk­an (adminduk), layanan pendidikan, dan layanan kesehatan. Ada empat kategori penilaian. Yakni kategori tanpa maladminis­trasi (dengan indeks di bawah –1), rendah (rentang –1 sampai 0), kategori sedang (0 sampai 1), serta kategori tinggi (di atas 1).

Survei itu dilangsung­kan di empat institusi layanan tersebut. Yakni dispendukc­apil, RSUD, dinas pendidikan, plus dinas/badan penanaman modal-pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di pemprov, Surabaya, dan Jember.

Dari hasil survei itu, persepsi maladminis­trasi di empat layanan tersebut berstatus sedang. Indeksnya di angka 0 sampai 1. Tingkat maladminis­trasi tertinggi terjadi pada sektor pelayanan kesehatan. Indeksnya sebesar 0,3459. Sedangkan yang paling rendah adalah di sektor pendidikan (0,01387).

Capaian itu tak lepas dari sejumlah keluhan yang muncul dari para responden yang mengakses empat layanan dasar tersebut. Salah satu yang muncul adalah adanya keluhan saat mengakses layanan. Mulai ketidakpat­utan dalam pemberian layanan (tak ramah atau tak efisien), diskrimina­si layanan, hingga keluhan pemberian pelayanan yang menyimpang dari SOP. ”Hal ini terjadi karena integritas dan kompetensi petugas yang masih belum baik,” katanya.

Selain itu, tambah Khoiruddin, dari hasil survei, mayoritas publik masih memilih mengakses layanan secara langsung daripada online. ”Pilihan ini pula yang membuat potensi maladminis­trasi muncul. Sebab, pemohon harus berinterak­si dengan petugas,” terangnya.

Hasil ini perlu jadi bahan evaluasi. Sebab, ini berpengaru­h pada tingkat kepercayaa­n masyarakat terhadap kualitas layanan publik.”

ACHMAD KHOIRUDDIN Koordinato­r Pelaksana SIPM Ombudsman RI Perwakilan Jatim

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia