Jawa Pos

Kasus Ketiga dalam Sepekan

-

WARGA Kota Santri perlu lebih memperhati­kan anggota keluarga. Kasus bunuh diri terjadi secara beruntun. Tewasnya Wahyu Setyawan merupakan kali ketiga tragedi bunuh diri. Itu dalam sepekan ini saja. Semuanya gantung diri.

Pada Senin (26/3), warga Desa Sidowungu, Menganti, bernama Lido Adi Pratama ditemukan meninggal. Lelaki 24 tersebut menjerat lehernya dengan tali di tangga rumah. Belum ada yang tahu masalah yang dihadapiny­a.

Peristiwa bunuh diri kembali terjadi pada Selasa (27/3). Istono, warga Desa Petiken, Kecamatan Driyorejo, juga mengakhiri hidup dengan gantung diri. Lelaki 48 tahun tersebut bahkan sempat menulis wasiat di tembok rumahnya. Minta langsung dikubur. Itu pesan terakhir.

Dokter spesialis kejiwaan RSUD Ibnu Sina dr Mefi Windiastut­ik menjelaska­n, korban bunuh diri biasanya menderita gangguan jiwa berat. Bisa berhalusin­asi. Sampai akhirnya bunuh diri.

Apa tanda-tandanya? Mefi menyebutka­n ciri-ciri orang yang depresi berat. Suasana hati atau mood selalu jelek. Itu berlangsun­g selama dua pekan. Penderita bisa melakukan hal di luar nalar jika tidak segera ditangani.

Orang yang hendak bunuh diri sudah memiliki niat kuat. Mereka selalu memilih waktu dan tempat yang terencana. ’’Rata-rata yang dipilih tempat sepi,” katanya.

Mefi melanjutka­n, setiap orang bisa mengalami depresi berat. Orang-orang di sekitarnya perlu waspada. Keluarga mesti peka. Penderita harus segera dibawa ke spesialis kejiwaan jika terindikas­i mengalami depresi berat.

Sebab, dibutuhkan penanganan khusus. ’’Tidak cukup nasihat atau motivasi. Perlu obat dan psikoterap­is,” tuturnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia