Jawa Pos

Direktur Teknik di Karawang, Direktur Tim di Malang, Pantau Bakat di Bontang

Kolaborasi Indra Sjafri dan Ustad Yusuf Mansur berbuah pada penanganan tiga klub dan pendirian akademi. Tak tertutup kemungkina­n melatih timnas atau klub Liga 1 lagi.

- AGAS PUTRA HARTANTO, Jakarta

HARI ini dia bisa saja ada di Tangerang. Berkutat dengan manajemen Persikota. Tapi, keesokan harinya bisa jadi dia sudah terbang ke Bontang. Menyeleksi pemain untuk akademi sepak bola. Dan, lusanya balik ke Jakarta lagi. Menjadi instruktur kepelatiha­n.

Begitulah hari-hari Indra Sjafri kini dijalani. Itu seturut multiperan yang dijalani mantan pelatih tim nasional (timnas) U-19 dan Bali United tersebut sekarang.

Sesuatu yang tergolong baru di persepakbo­laan Indonesia. Belum pernah terjadi sebelumnya seorang pelatih memainkan peran berbeda-beda di berbagai klub. Bahkan, belakangan Indra dikabarkan bakal memegang kembali timnas U-19.

”Ini bagian dari usaha saya mewujudkan ratusan cita-cita saya untuk sepak bola Indonesia. Puncaknya, saya ingin melihat Indonesia bisa tampil seperti di Piala Dunia 1934,” katanya saat ditemui di kantor Kemenpora pada pertengaha­n bulan lalu (14/3).

Saat ditemui di kantor Kemenpora itu, Indra baru balik dari Polandia. Mengantark­an salah seorang anak didiknya, Egy Maulana Vikri, yang diperkenal­kan sebagai pemain baru Lechia Gdansk

J

”Saya sangat bangga dan haru melihat anak bangsa diperlakuk­an layaknya pemain top Eropa,” ucap pelatih yang membawa Evan Dimas Darmono dkk menjuarai Piala AFF U-19 lima tahun lalu itu.

Bak gayung bersambut, berbagai rencana dan impian pria 55 tahun itu sampai ke telinga Ustad Yusuf Mansur. Melalui sambungan telepon, Indra pun dihubungi pendiri Pondok Pesantren Daarul Qur’an itu. Mereka pun sepakat bersama-sama membuat wadah sepak bola untuk mendukung PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) dalam mengembang­kan pemain muda Indonesia.

Yusuf merasa satu misi dengan Indra. Di matanya, pelatih kelahiran Pesisir Selatan, Sumatera Barat, itu punya aura positif bagi sepak bola Indonesia. ”Ya, gua kan nggak paham nih soal bola. Nah, Coach Indra nih yang paham teknisnya, ibarat tukang masaknya,” ujar ustad 41 tahun itu.

Terbentukl­ah Indra Sjafri Yusuf Mansur (ISYM) Management. Mereka punya tiga misi untuk kemajuan sepak bola dalam negeri. Pertama, menjadi konsultan dalam manajemen klub sepak bola. Lalu, membangun akademi sepak bola. Terakhir, mencetak minimal 1.000 pelatih sepak bola profesiona­l.

Langkah bahkan sudah diayunkan. Saat ini manajemen tersebut sudah mengakuisi­si tiga klub: Persikota, Persika Karawang, dan Malang United.

Persikota pernah menghebohk­an di musim pertamanya di kasta teratas pada musim 1998–1999. Sampai-sampai dijuluki Bayi Ajaib. Tapi, minimnya dana membuat mereka terbenam sejak lima tahun silam.

Tapi, kucuran dana dari Paytren, perusahaan milik Ustad Yusuf, membuat si Bayi Ajaib bangun lagi dan bersiap terjun di Liga 3. Sementara itu, ISYM Management mengambil peran dalam mengatur manajerial klub.

Ada yang menyebut Indra menjadi direktur teknik di Persikota. Ada juga kabar bahwa dia langsung yang akan menjadi pelatih.

Tapi, Indra mengaku belum menegaskan apa posisinya di Bayi Ajaib. ”Yang jelas, saya bersama ustad (Yusuf Mansur, Red) ingin Persikota hidup kembali. Kami sudah mulai menata, termasuk manajemen, untuk liga dan mulai melakukan latihan untuk persiapan ke depan,” ujarnya.

Kalau di Persikota belum dipatenkan, di Malang United dan Persika posisi Indra sudah jelas. Di Malang United yang berlaga di Liga 3, dia menjadi direktur utama. Sedangkan di Persika yang akan tampil di Liga 2, menjabat direktur teknik.

Selama ini Indra dikenal sebagai pelatih yang piawai mencium bakat. Para penggawa timnas Piala AFF U-19 yang juara pada 2013 merupakan hasil perburuann­ya ke berbagai pelosok tanah air selama sekitar dua tahun.

Dari tim itu, lahirlah Evan, M. Hargianto, Hansamu Yama, Putu Gede Juniantara, Ilham Udin Armayn yang kini juga menjadi tulang punggung timnas U-23. Sebagian juga di timnas senior.

Sebelum membentuk timnas U-19 untuk Piala AFF U-19 2017, Indra juga menghelat seleksi di berbagai kota. Dari tim itu mencuatlah sejumlah talenta. Di antaranya, Egy, Rachmat Irianto, Syahrian Abimanyu, Hanis Saghara, dan Feby Eka Putra.

Bersama ISYM Management, Indra ingin mengelola tiga klub itu dengan cara yang baru. Di antaranya dalam aspek suporter dan pembinaan usia muda.

”Akan kami kelola seperti klub-klub Eropa. Suporter harus terdaftar, jadi tidak akan ada suporter liar yang hanya mengakunga­ku,” tegasnya.

FC Barcelona dan Manchester United merupakan kiblat klub ideal Indra. Dua klub tersebut kuat karena disokong pembinaan usia dini yang berkelanju­tan. Pemain-pemain jebolan akademi klub-klub itu pun sudah menyebar berkiprah di liga terkenal Benua Biru. ”Kami berharap bisa mewujudkan itu. Tentunya tidak dalam waktu singkat,” katanya.

Yang pasti, langkah ke sana sudah dimulai dengan pendirian Indra Sjafri Football Academy di Bontang, Kalimantan Timur, pada 15 Februari lalu. Akademi tersebut menampung anak-anak usia 12 hingga 16 tahun. Tentunya melalui tahapan seleksi dari seluruh pelosok Nusantara.

Di akademi, Indra memilih berperan sebagai talent scouting. ”Masih ikut mencari dan menyeleksi bersama tim untuk pemainpema­in baru. Terus juga ikut melatih, tapi tidak setiap hari,” ungkapnya.

Karena di masing-masing klub dan akademi sudah ada manajemen yang menangani, Indra tak perlu menyambang­inya tiap hari. Dan, memang sulit mengingat jauhnya jarak.

Jadwal kedatangan­nya ke klub dan akademi pun tak tentu. Kadang tiga hingga empat hari di Persikota, lalu ke Karawang. Atau kadang juga tiga sampai empat hari di Bontang. ”Bergantung kebutuhan,” katanya. Misi mencetak minimal 1.000 pelatih profesiona­l juga baru dimulai setelah Indra mengikuti kursus lisensi A Pro AFC di bulan ini. Sementara ini, pihaknya masih berkoordin­asi dengan PSSI terkait legalitas pelatihan yang akan dilakukan.

Di tengah semua kesibukan itu, Indra juga tak menutup kemungkina­n bakal melatih timnas ataupun klub Liga 1 lagi. ”Kan bagus nantinya. Jadi pelatih bisa, manajemen klub bisa, manajemen perusahaan juga bisa,” katanya.

Tapi, untuk saat ini, Indra akan berfokus dulu pada misi yang dia usung bersama Ustad Yusuf. Sebab, untuk mengurusi semuanya itu saja, waktunya sudah sangat terbatas.

Meski demikian, sesibuk apa pun, dia selalu menyempatk­an Sabtu dan Minggu untuk bersama istri dan dua anaknya yang tinggal di Jogjakarta. Kadang-kadang keluarga yang menyambang­inya ke Jakarta.

”Ya, jalan-jalan, melepas rindu ke istri dan anak,” katanya.

 ?? ISYM MANAGEMENT FOR JAWA POS ?? KOLABORASI: Indra Sjafri (kanan) dan Ustad Yusuf Mansur saat peluncuran Indra Sjafri Football Academy di Bontang (15/2).
ISYM MANAGEMENT FOR JAWA POS KOLABORASI: Indra Sjafri (kanan) dan Ustad Yusuf Mansur saat peluncuran Indra Sjafri Football Academy di Bontang (15/2).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia