Jawa Pos

Kendalikan Impor Baja

-

SURABAYA – Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (Indonesian Iron and Steel Industry Associatio­n/IISIA) berharap pertumbuha­n konsumsi baja pada tahun ini sesuai dengan target. Yakni, 7 persen atau 14,5 juta ton jika dibandingk­an dengan tahun sebelumnya.

Executive Director IISIA Hidayat Triseputro menyatakan, tantangan terbesar industri baja tanah air saat ini adalah derasnya impor dengan harga yang cenderung tidak wajar. Pengendali­an impor juga belum optimal.

Menurut dia, impor melaju deras karena harga baja Tiongkok memang jauh lebih murah. Sebab, negara tersebut merupakan produsen baja terbesar dunia dengan biaya produksi yang ditopang pemerintah. ’’Nah, untuk bisa mencapai target pertumbuha­n baja dalam negeri, utilisasi kapasitas nasional harus dioptimalk­an. Sebab, sebenarnya utilisasi kapasitas industri baja kita saat ini masih stagnan. Yaitu, 50–60 persen,’’ ungkap Hidayat.

Dia menuturkan, utilitas kapasitas pabrikan baja dalam negeri hanya bisa optimal ketika impor dapat terkontrol dengan baik. ’’Sebab, produksi tidak akan bisa berjalan maksimal selama masih terhambat produk impor yang terus membanjiri pasar domestik,’’ ujarnya.

Dari total kebutuhan baja yang diprediksi 14,5 juta ton, besaran impornya sekitar 55 persen. ’’Di antara 55 persen tersebut, jenis yang sudah bisa diproduksi lokal hanya 30 persen. Sisanya belum bisa diproduksi di sini,’’ jelasnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia