Jawa Pos

Non Si Discute. Si Ama

-

Banyak alasan untuk mencintai sebuah klub dan kemudian mendeklara­sikan diri sebagai suporter klub tersebut. Ada alasan serius. Bahkan sangat serius. Misalnya, terkait dengan idealisme, ideologi, atau apa pun yang seriusseri­us. Ada juga karena alasan yang remehtemeh. Sekenanya. Dicocok-cocokkan. Atau, ikut-ikutan. Misalnya, mencintai X karena klub tersebut kaya, memenangi banyak trofi, dan famous.

Di luar semua itu, ada juga yang mencintai sebuah klub karena tidak ada alasan yang jelas. Pokoknya suka. Cinta. Titik. Alasannya apa? Tidak ada! Cerita di bawah ini adalah salah satu bukti bahwa mencintai sebuah klub tidak harus ada alasannya.

***

Pada malam akhir pekan di sebuah newsroom paling keren di dunia, saya dan beberapa teman menyaksika­n big match Premier League antara Liverpool melawan Chelsea. Tentu malam itu penonton terbelah. Ada yang mem- bela The Reds –julukan Liverpool. Ada pula yang bersorak untuk The Blues –julukan Chelsea. Mereka sangat bersemanga­t. Memaki pemain yang salah umpan atau menertawak­an pemain lawan yang berbuat blunder. Sungguh, melebihi suporter yang nonton langsung di stadion sekalipun.

Salah seorang yang mengklaim sebagai pendukung Liverpool malam itu adalah mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Dalam banyak kesempatan, beliau memang memproklam­asikan diri sebagai suporter The Reds. Penasaran, saya pun bertanya. ”Pak, kenapa suka Liverpool?” Jawaban Pak Dahlan, ”Karena nggak suka Chelsea.”

Jawaban yang tidak salah. Tapi, saya belum puas. Saya tanya lagi. ”Kenapa tidak suka Chelsea?” Tanpa berpikir panjang, Pak Dahlan menjawab, ”Karena suka Liverpool.” Aseeem. Jawaban itu juga tidak salah.

Sah-sah saja Pak Dahlan mencintai Liverpool karena tidak suka Chelsea. Sah-sah juga beliau tidak menyukai Chelsea karena lebih suka kepada Liverpool. Tidak perlu ada pertanyaan lanjutan. Cukup. Bos kok dilawan. Saya pun melanjutka­n nonton pertanding­an yang sayangnya lupa bagaimana hasil akhirnya, he…he…

***

Saya suka AS Roma. Mengapa? Entahlah. Yang pasti bukan karena Roma adalah kota pertama di Eropa yang saya kunjungi. Bukan pula karena putri saya, Annisa Bellucci Wahyudi, lahir berdekatan dengan tanggal berdirinya AS Roma.

Sebenarnya bisa saja dua hal itu saya ”manfaatkan” untuk mengklaim sebagai tifosi Gialloross­i –julukan Roma. Tapi, buat apa? Saya juga nggak mau seperti Pak Dahlan. Suka Roma karena tidak suka Lazio, misalnya. Atau, benci Lazio karena suka Roma. Biarlah jawaban itu menjadi milik Pak Dahlan.

Terus, kenapa saya suka Roma? Tidak tahu. Padahal, saya belum pernah sekali pun menyaksika­n langsung pertanding­an Roma di stadion, he…he… Sekali-kalinya ke Olimpico, kandang Roma, saya malah menyaksika­n Lazio.

Kalau ukurannya adalah nonton langsung di stadion, saya ”seharusnya” menjadi suporter Chelsea. Dua kali saya menyaksika­n kiprah The Blues pada final Liga Champions. Pada 2008 di Luzhniki, Moskow, dan pada 2012 di Allianz Arena, Muenchen. Tapi, karena dasarnya memang nggak suka Chelsea, ya biasa saja. Tidak ikut sedih, apalagi sampai menangis, ketika Chelsea kalah adu penalti di Luzhniki. Sebaliknya juga, tidak ikut gembira, bahkan tepuk tangan pun tidak, ketika The Blues menjadi juara di Allianz Arena. Tugas saya hanya liputan. Itu saja.

Soal mencintai sebuah klub, tengoklah sikap Francesco Totti (pemain Roma lagi, he…he...). Saat Totti belia, sang ibu menolak pinangan AC Milan. Padahal, Milan adalah klub besar dan sukses kala itu. Ketika Totti lagi moncermonc­ernya, il capitano Roma itu menolak tawaran bergeliman­g duit nan menggiurka­n yang datang dari Real Madrid.

Ada banyak versi terkait dengan alasan penolakan Totti kala itu. Yang paling saya ingat adalah yang satu ini, ”Saya memang hanya mendapatka­n satu scudetto bersama Roma. Tapi, itu rasanya jauh lebih menyenangk­an daripada sepuluh kali juara bersama Real Madrid.” Makjleb, kan?

Jadi, kalau Anda mencintai sebuah klub, ya cintailah sebesar-besarnya. Jangan pusing memikirkan alasannya. Tirulah sikap Romanisti. Bagi kami, Roma itu tidak untuk diperdebat­kan. Roma itu untuk dicintai. Non si discute. Si ama. Eaaaaa...

 ??  ?? CANDRA WAHYUDI Wartawan Jawa Pos
CANDRA WAHYUDI Wartawan Jawa Pos

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia