Pendidikan yang Jujur dan Amanah
ATASE Budaya dan Pendidikan Finlandia Allan Schneitz cukup membuka mata siapa saja yang mendewa-dewakan sistem pendidikan negara lain. Lebih-lebih sambil ”menghina” pendidikan negara sendiri.
Saat berkunjung ke Surabaya akhir Maret lalu, Schneitz menyatakan yakin Indonesia bisa lebih cepat dalam membangun pendidikan berkarakter. Modalnya sudah siap. Apa itu? Nilai-nilai kearifan lokal. Kearifan lokal membentuk peserta didik menjadi manusia yang baik. Kemampuan tangan, otak, dan hati harus berkembang seimbang. Schneitz memastikan Indonesia sudah memiliki tiga unsur tersebut.
Namun, sebagian masyarakat pendidikan justru melupakannya. Memilih meniru model pendidikan negara lain. Menelannya mentahmentah. Menerapkannya begitu saja tanpa sikap kritis. Padahal, sudah pasti peniru akan selalu tertinggal dari yang ditiru.
Kearifan lokal, seperti kata Schneitz, harus terus digali. Indonesia telah memiliki nilainilai luhur pendidikan yang sudah diperkenalkan Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara. Salah satunya, betapa tinggi nilai kejujuran dan sifat amanah. Dua sifat itu semakin menjauh. Dari lembaga yang terhormat. Dari puncak kekuasaan pemerintahan. Dari simpul simbolsimbol keadilan.
Nah, dalam bulan April 2018 ini, ujian nasional (unas) dijalani siswa SMK sederajat. Lalu SMA/MA sederajat. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelorakan lagi pentingnya kejujuran.
Mendikbud Muhadjir Effendy kembali menekankan: prestasi memang perlu, tapi kejujuran yang utama. Sekolah yang meraih nilai rata-rata unas tinggi patut diapresiasi. Namun, sekolah yang meraih indeks integritas ujian nasional (IIUN) jauh lebih pantas dihargai.
Lebih-lebih, sejak era Mendikbud Anies Baswedan, nilai unas tidak lagi menentukan kelulusan. Yang lebih menentukan adalah ujian sekolah berstandar nasional (USBN). Artinya, tidak ada dalih lagi bagi kecurangan. Mulai mengejar gengsi, memburu prestasi, atau memakai dalih demi memperjuangkan nasib anak didik. Jangan sampai ada setitik niat tidak jujur. Hentikan sejak di dalam hati dan pikiran!
Jujur dan amanah menjadi satu di antara sembilan pilar karakter luhur universal. Sumber utamanya adalah keimanan. Abad ini adalah abad ilmu pengetahuan, teknologi, dan spiritualitas. Keselarasan di antara ketiganya begitu penting. Bagaimana pendidikan mampu mencapai itu? Mantapkan keimanan peserta didik. Bekali mereka dengan ilmu pengetahuan. Terampilkan mereka dalam penguasaan teknologi. (*)