Selidiki Pembiaran Meteran Tak Akurat
SURABAYA – Setelah mengajak jajarannya sidak ke lapangan pada Senin (2/4), Dirut PDAM Surabaya Mujiaman Sukirno menyatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan. Terutama mencari penyebab meteran yang tidak akurat tersebut dibiarkan hingga sepuluh tahun. ’’Kan seharusnya ada yang membaca, kemudian mencatat, melaporkan, menyiapkan anggaran, dan mengganti,’’ jelasnya kemarin (3/4).
Mujiaman menegaskan akan mencari tahu pada tahap mana prosedur itu disalahi, apakah pencatatan atau tahap lainnya. Dalam temuan timnya, Mujiaman juga mendapati adanya data pemakaian air oleh industri yang cenderung tetap. Padahal, penggunaannya seharusnya bertambah seiring pengembangan perusahaan. ’’Saya lihat data lima tahun terakhir ada yang segitu-segitu saja,’’ lanjutnya.
Sementara ini, untuk menghindari kehilangan air lebih banyak, Mujiaman mengaku bakal melokalisasi aliran air di kawasan industri Rungkut tersebut. ’’Kami lokalisasi dulu tadi supaya bisa kami ukur tersendiri keluar masuknya air,’’ tutur pria yang menjabat posisi Dirut sejak Juni 2017 itu
Setidaknya ada lebih dari 200 meteran yang macet di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER). Mujiaman memperkirakan, kehilangan yang terjadi di kawasan tersebut sangat mungkin juga ditemukan di kawasan industri lain. Jumlah kerugiannya ditaksir tidak jauh berbeda. Dia menerangkan, kemungkinan di seluruh golongan kelompok industri, penggunaan air yang tidak tercatat mengakibatkan kehilangan antara 30–50 persen per bulan.
Temuan kehilangan air hingga 53 persen di SIER tersebut, menurut dia, tak lepas dari perubahan sistem pencatatan meteran air. Mujiaman mencoba mengaplikasikan pencatatan dengan menggunakan Automatic Meter Reading (AMR). ’’ Kalau dulu data kan belum online, masih berupa kertas. Sekarang, setelah digitalisasi, baru ketemu (jumlah kehilangan air itu, Red),’ paparnya.
Sistem tersebut sempat diujicobakan awal tahun ini. Konsepnya dimatangkan pada Januari, sedangkan pelaksanaannya pada Februari. Di saat bersamaan, Mujiaman juga mengganti tenaga kontrak untuk pengecekan dan pengukuran meteran air. Kini pengecekan ditangani tenaga dari PDAM sendiri. Selain menghemat biaya, hasil pengecekan lebih transparan.
Mujiaman mengakui bahwa biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan AMR itu tidak sedikit. Untuk 3 ribu meteran, butuh biaya sekitar Rp 60 miliar. Namun, dia optimistis PDAM bisa segera balik modal karena jumlah air yang dibayarkan pelanggan industri sesuai dengan penggunaannya yang tinggi. Dia yakin proses digitalisasi pembacaan meteran industri itu bisa rampung secepatnya. ’’Untuk hal tersebut, akan kami percepat, paling lambat dua bulan (Juni, Red),’’ tegasnya.