95 Tumpeng di Hari Lahir NU
SURABAYA – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PW NU) Jawa Timur mengadakan tasyakuran hari lahir NU kemarin (3/4). Acara tersebut dihadiri warga nahdliyin dari berbagai kota di Jawa Timur. Sebanyak 95 tumpeng disediakan bagi para jamaah di akhir acara untuk menandakan 95 tahun NU berdiri.
NU menggunakan perhitungan tahun Hijriah dalam memperingati hari lahirnya. Yakni, pada 16 Rajab 1344 atau 31 Januari 1926. Nah, peringatan 95 tahun NU jatuh pada 16 Rajab 1439 atau 2 April 2018.
Rangkaian acara harlah NU dilaksanakan beberapa hari sebelumnya. ’’Setelah ini ziarah ke tiga makam tokoh NU di Surabaya, KH Ridlwan Abdullah, KH Hasan Gipo, dan Kiai Alwi,’’ ungkap Wakil Rais Syuriah PW NU Jatim KH Anwar Iskandar.
Anwar sekaligus menjadi pengisi tausiah kebangsaan dalam acara tersebut. Dia menyampaikan pe- ran NU dalam kancah terbentuknya NKRI. Menurut dia, para ulama telah terjun lebih dulu ke medan perang. Anwar mencontohkan, Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, dan Teuku Umar. Mereka adalah ulama. ’’Bahkan, Cut Nyak Dien itu bu nyai yang berani lawan penjajah,’’ tambahnya.
Tentu, peran serta tiga tokoh, KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Hasbullah, dan KH Bisri Syansuri, tidak bisa terlepas dari sejarah berdirinya NU. Hal yang melatarbelakangi terbentuknya NU adalah kepedulian terhadap nasib bangsa dan negara. Juga, nasib umat yang dinilai lemah terhadap berbagai hal.
Setelah NU terbentuk, perjuangan belum berakhir. KH Wahid Hasyim, putra KH Hasyim Asy’ari, meneruskan perjuangan ayahnya. Wahid Hasyim pernah menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Terjadi perbe- daan pendapat untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Islam, negara liberal, bahkan komunis. ’’Soekarno datang ke Mbah Wahid. Dikasih tahu bahwa Indonesia jadi negara berdasar kebangsaan dan nasionalisme saja,’’ ucap Anwar.
Tausiah kebangsaan ditutup ucapan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia saat ini. Sebab, pemerintah telah menjadikan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Terdapat mata rantai yang terputus antara 17 Agustus 1945 dan 10 November 1945. ’’Pada 22 Oktober, banyak santri yang menjadi korban saat melawan penjajah,’’ paparnya.
Ketua PW NU Jatim KH Mutawakil Allallah menyatakan bersyukur atas usia NU yang sudah 95 tahun. Jadi, untuk memaknai perjuangan NU, generasi sekarang harus terlibat dalam menjawab tantangan negara. Juga, mampu meneladani pendahulunya.