Militer Jaga Perbatasan Meksiko
Cegah Imigran Gelap sebelum Tembok Berdiri
WASHINGTON – Bagi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, tembok permanen di perbatasan Meksiko adalah satusatunya alat paling efektif untuk menyetop imigran. Maka, saat rombongan warga Honduras yang disebut caravan sampai Meksiko, dia gusar. Sebab, tembok anti-imigran itu belum berdiri.
Untuk mengusir kecemasannya, Trump berencana mengerahkan militer ke perbatasan. Rencana tersebut membutuhkan restu Kongres sebelum bisa dilaksanakan. Tapi, presiden ke-45 AS itu optimistis rencananya terwujud. Apalagi, bukan baru sekarang saja AS menempatkan militer di perbatasannya dengan Meksiko. Dua pendahulu Trump, Barack Obama dan George W. Bush, pernah menerapkannya juga.
”Sampai tembok tersebut berdiri dan kami memiliki sistem pengamanan yang layak, militer akan berjaga di perbatasan,” kata tokoh 71 tahun itu dalam jumpa pers Selasa waktu setempat (3/4) sebagaimana dilansir Associated Press.
Trump mengaku sudah membicarakan rencana tersebut dengan Menteri Pertahanan Jim Mattis. Namun, dia belum bisa memastikan jumlah personel militer yang dibutuhkan.
Berdasar undang-undang federal AS, pemerintah tidak diperkenankan menugaskan para personel militer yang aktif sebagai polisi. Tapi, dalam situasi yang sangat genting, regulasi tersebut bisa dilanggar dengan restu Kongres. Dalam kurun waktu 12 tahun terakhir, AS tiga kali menempatkan personel militer di perbatasan Meksiko. Mereka berperan layaknya polisi di sana.
Kendati rencana Trump tersebut bukan hal baru, sejumlah pejabat Pentagon mengaku terkejut saat mendengar pengumuman tentang pengerahan militer ke perbatasan. Sampai tembok permanen itu berdiri di perbatasan AS-Meksiko, militer tetap berjaga di sepanjang garis yang rawan diterobos imigran tersebut.
Trump berharap tembok yang disebutnya sebagai pagar kokoh nan indah itu bisa secepatnya berdiri. Sayang, sejauh ini anggaran pembangunan tembok tersebut belum mencukupi. Kongres AS terkesan enggan membiayai pembangunan tembok impian Trump itu.
Dalam anggaran yang disahkan beberapa waktu lalu, Kongres AS mengalokasikan dana USD 1,6 miliar atau sekitar Rp 22 triliun untuk membangun tembok permanen di perbatasan. Padahal, dalam proposal yang Gedung Putih ajukan, Trump membutuhkan biaya USD 25 miliar (sekitar Rp 344,3 triliun). Biaya sebanyak itu bakal ditanggung AS sendiri.
Trump juga menyinggung tentang caravan alias arak-arakan sekitar 1.100 warga Honduras yang kini berada di Meksiko. Ribuan warga yang digerakkan organisasi nonprofit Pueblo Sin Fronteras (People Without Borders) tersebut berparade dari Honduras sejak 25 Maret. Tujuan mereka adalah Negeri Paman Sam. Rencananya, begitu berhasil masuk wilayah AS, para imigran itu langsung mencari suaka.
”Caravan warga Honduras mencapai Meksiko dan semakin mendekati wilayah kami. Tepatnya ke perbatasan kami yang hanya dilindungi perundangan lemah. Karena itu, kami harus mencegah mereka semua masuk wilayah kami,” cuit Trump lewat akun Twitter sebagaimana dikutip Reuters.
Komentar tersebut dia sampaikan beberapa jam sebelum mengumumkan rencana untuk mengerahkanmiliter ke perbatasan. Namun, kekhawatiran Trump dan kebijakan tegas yang bakal dia terapkan di perbatasan AS-Meksiko itu tidak membuat para imigran gelap takut.