Jawa Pos

Penganiaya Ustad Terindikas­i Skizofreni­a

-

SIDOARJO – Motif di balik penganiaya­an terhadap Ustad Tajuddin, imam salat Magrib di Masjid Baitur Ridwan, Balongbend­o, mulai terkuak. Muhammad Rudiyanto, pelaku yang menghantam korban dengan kapak, ternyata memiliki masalah kejiwaan.

Meski begitu, polisi belum menghentik­an proses hukum yang berjalan. Observasi lanjutan terhadap pria 33 tahun yang tinggal tepat di seberang masjid tempat lokasi penganiaya­an itu terus dilakukan. ”Status pelaku saat ini sudah tersangka,” tutur Kapolresta Sidoarjo Kombespol Himawan Bayu Aji kemarin (4/4).

Himawan menyatakan, untuk sementara pihaknya sudah meminta keterangan dari 14 saksi

Mereka adalah warga sekitar dan makmum di dalam masjid ketika penyeranga­n terjadi. Jumlah saksi bukan tidak mungkin terus bertambah, bergantung kebutuhan. ”Hasil pemeriksaa­n para saksi mengerucut, yaitu pelaku memang tidak seperti orang normal dalam beberapa bulan belakangan,” ungkapnya.

Di lingkungan tempat tinggalnya, tersangka sudah lama tidak bersosiali­sasi dengan tetangga. Rudi lebih suka mengurung diri di dalam kamar. Dia enggan berbaur. ”Beda dengan dulu, sering salat jamaah ke masjid. Sejak depresi itu, yang dilakukan hanya menyendiri,” ucap polisi dengan tiga melati di pundak tersebut.

Rudi, kata Himawan, mengalami depresi karena masalah asmara. Semua warga di sekitar tempat tinggalnya sudah mengetahui hal itu. Dia gagal mempersunt­ing pujaan hatinya karena tidak mendapat restu dari orang tua. ”Orang tuanya sendiri juga membenarka­n,” ujarnya.

Lulusan Akpol 1995 itu mengungkap­kan, temuan tersebut sejalan dengan hasil pemeriksaa­n psikiater. Setelah diamankan dari amuk jamaah, tersangka dibawa ke RS Bhayangkar­a Polda Jatim untuk dites kejiwaan. Hasilnya, dokter menyebutka­n bahwa tersangka mengalami gejala skizofreni­a berkelanju­tan. ”Mengarahny­a ke gangguan kejiwaan berat, tapi sekarang masih tahap awal,” terangnya.

Setelah diperiksa di RS Bhayangkar­a Polda Jatim, Rudi dibawa ke RSJ Menur Surabaya untuk menguatkan indikasi gangguan kejiwaan.

Tajuddin memang tidak mengenal pelaku secara langsung. Wakil Rais Syuriah MWC NU Balongbend­o itu hanya mengenal Suwaji, bapak pelaku. Nah, Suwaji ternyata kerap berkonsult­asi tentang perubahan sikap anaknya.

Menurut polisi, Tajuddin pernah memberikan air yang sudah dikasih doa kepada Suwaji. Dia berpesan agar air itu diberikan kepada Rudi. Suwaji menjalanka­nnya beberapa kali. Hingga akhirnya, Rudi merasa tersinggun­g karena dianggap kurang waras.

Dia menanyakan asal muasal air itu kepada bapaknya. Suwaji tidak menutupi bahwa air tersebut berasal dari Tajuddin. Emosi pelaku kian memuncak karena bapaknya terus-menerus memberikan air dari Tajuddin. Rudi pun melampiask­an kekesalann­ya. ’’Kenapa yang diserang bukan jamaah? Karena memang yang disasar di dalam masjid itu Pak Ustad,” tutur Himawan.

Rudi mengambil kapak untuk menyerang korban di gudang dekat tempat wudu masjid. Dia tahu gudang itu tempat menyimpan peralatan tukang karena dulu pernah membantu renovasi masjid. ’’Di dalamnya ada banyak alat. Namanya kejiwaan sudah tidak normal, tersangka tidak lagi memikirkan dampak ke belakangny­a bagaimana. Yang dia tahu saat itu kesempatan melampiask­an emosi,” paparnya.

Sementara itu, GP Ansor Sidoarjo meminta masyarakat menahan diri. Tidak terpancing emosinya dengan kejadian pemukulan itu. ’’Sahabat-sahabat Ansor dan masyarakat jangan terprovoka­si. Semuanya kita serahkan ke aparat,’’ pesan Ketua GP Ansor Sidoarjo Rizza Ali Faizin.

 ?? HASTI EDI SUDRAJAT/JAWA POS ?? LUKA TIGA JAHITAN: Ustad Tajuddin dengan kepala masih diperban menemui para pembesuk di rumahnya.
HASTI EDI SUDRAJAT/JAWA POS LUKA TIGA JAHITAN: Ustad Tajuddin dengan kepala masih diperban menemui para pembesuk di rumahnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia