Bermula dari Peralatan Pinjaman Milik Tetangga
Isman, Kakek 80 Tahun Pegiat Musik Patrol Dedikasinya terhadap musik patrol cukup tinggi. Dia juga tak pernah melupakan regenerasi.
SUARA seruling nyaring terdengar. Lantunan alat musik tiup itu makin memanjakan telinga jika dipadukan dengan kentongan. Ritme dari nada rendah ke nada cepat membuat siapa saja yang mendengarnya ingin bergoyang.
Hanya, tak ada suara gendang. Tidak ada pula gitar, drum, bas, dan alat musik elektrik lainnya. Itu karena musik patrol. Musik yang dikenal luas sebagai musik tradisional.
Di Jember, kelompok musik patrol tersebar di beberapa wilayah. Saat Ramadan, musik tradisional tersebut kian eksis. Sejumlah grup musik patrol selalu menginspirasi.
Salah satunya, dedikasi yang ditunjukkan Isman, 80, tokoh musik patrol dari Desa Candi Jati, Kecamatan Arjasa. Meski tak lagi muda, dia selalu energik. ’’Awet muda jika kumpul sama anak-anak,” ujarnya.
Bahkan, Isman sering bermain musik bersama anak-anak SD. ”Grup musik patrol ini bernama Arca, Anak Candi Jati. Ini kami bentuk sekitar 1980,’’ jelasnya.
Isman mulai bermain musik tradisional itu dengan meminjam peralatan milik tetangga. Bersama temannya, dia lantas membentuk grup musik patrol. Kakek enam cucu tersebut mengaku harus mengeluarkan uang setidaknya sebulan sekali untuk merawat, memperbaiki, hingga membuat kentongan baru.
Di grupnya, Isman tidak menarik uang sewa. Dia juga tak meminta ganti jika peralatan rusak parah hingga tidak bisa diperbaiki. ’’Kentongan saya dulu itu diberi orang. Kalau dipinjam, ya silakan,” tuturnya.
Menurut Isman, meminjamkan kentongan secara gratis adalah bentuk balas budi terhadap orang yang dulu juga memberikan kentongan kepadanya. Di balik itu, guna melestarikan kesenian tradisional tersebut, dibutuhkan media untuk merangsang generasi penerus untuk mencobanya.