Obat Mahal, Fasilitas Minim
Keluhan Penderita Kanker Anak kepada Presiden
BOGOR – Kualitas pengobatan untuk penderita kanker harus ditingkatkan di Indonesia. Bea masuk membuat obat sangat mahal. Selain itu, ketersediaan peralatan dan dokter masih minim. Permasalahan tersebut disampaikan Yayasan Kanker Anak Indonesia (YKAI) saat diterima Presiden Jokowi di istana kepresidenan, Bogor, kemarin (6/4).
Wakil Ketua YKAI Mita Priambodo mengatakan, ada tiga persoalan utama yang menjadi kendala pengobatan dan pencegahan kanker anak di Indonesia. Mulai regulasi impor obat, minimnya informasi data kanker anak, hingga belum tercukupinya jumlah dokter.
Terkait regulasi, proses impor obat kanker relatif sulit. Bea masuk tinggi. Akibatnya, harga obat kanker anak melambung.
”Mohon dipermudah, seperti pembebasan bea masuk pengadaan obat-obatan di Indonesia. Khususnya untuk pengobatan anak-anak dengan kanker,” kata Mita di istana kepresidenan.
Terkait informasi data kanker anak, Mita menilai, akurasinya masih rendah. Pusat data kanker nasional yang dikelola Rumah Sakit Darmais kurang memotret kasus-kasus di daerah.
Padahal, akurasi data itu penting untuk melihat seberapa jauh progres penanganan kanker di Indonesia. Selain itu, data krusial untuk merumuskan strategi penanganan maupun pencegahannya.
Mita juga meminta pemerintah menambah jumlah dokter dan
tenaga medis yang ahli menangani kanker anak. Menurut catatannya, saat ini hanya ada 73 dokter hematologi onkologi anak di Indonesia.
Padahal, jika merujuk data prevalensi kanker anak di Indonesia dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, ada 16.291 anak umur 0–14 tahun yang menderita kanker. Untuk itu, dia berharap pemerintah bisa melakukan intervensi.
”Harapan kami, dokter-dokter ini bisa didorong jadi dokter hematologi onkologi anak,” tuturnya. Selain itu, tenaga medis perlu diedukasi untuk peduli dengan pasien kanker anak.
Ahli hematologi onkologi RSA Bunda Harapan Kita Dr Fajar Subroto menambahkan, setiap
tahun ada 4.000–5.000 penderita baru kanker anak. Meski demikian, sebetulnya prospek penyembuhan penyakit tersebut sudah cukup baik.
Untuk kasus leukemia pada anak, misalnya, 70 persen bisa disembuhkan. Problemnya, saat ini adalah masih banyak kasus di daerah yang belum diketahui akibat minimnya data center. ”Yang diutama-
kan sebenarnya adalah deteksi dini untuk kanker ini,” tuturnya.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Joko Widodo mengatakan, pemerintah memberikan dukungan terhadap persoalan tersebut. Terkait bea masuk obat, misalnya, pihaknya akan segera mendiskusikan dengan menteri keuangan dan menteri kesehatan.