Setahun Magang di Luar Negeri
Seameo Polytechnic Network Tingkatkan Kompetensi Mahasiswa
SURABAYA – Pertemuan Southeast Asian Ministers of Education Organization (Seameo) Polytechnic Network menghasilkan terobosan baru pendidikan vokasi di ASEAN. Yakni peningkatan kompetensi mahasiswa melalui 3-2-1 dual program.
Selama setahun peserta didik berkesempatan magang di negara anggota ASEAN. Program itu tercetus dalam pertemuan Seameo Polytechnic Network yang berlangsung di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS). Kegiatan tersebut berlangsung selama dua hari dan berakhir kemarin.
Sebanyak 70 politeknik dari empat negara bersama-sama merumuskan 3-2-1 dual program. Rencananya, program itu mulai dicanangkan pada Agustus mendatang. Konsepnya adalah membagi enam semester masa studi agar lebih efektif. Tiga semester pertama mahasiswa diberikan teori secara masif. Dua semester berikutnya secara penuh terjun ke dunia industri dan semester terakhir menerima materi lagi.
Selama dua semester di dunia industri, peserta didik akan belajar di negara lain. Meski beda negara, industri tempat mereka belajar tetap disesuaikan dengan program studi yang mereka jalani. ’’Tujuannya, meningkatkan kompetensi mahasiswa di level yang lebih tinggi,’’ ujar Director of Seameo Secretariat Dr Gatot Hari Priowirjanto.
Politeknik yang masuk 3-2-1 dual program wajib memiliki materi dalam bentuk bahasa Inggris. Selama setahun belajar di luar negeri, mahasiswa tidak perlu mengkhawatirkan biaya. Sebab, semuanya ditanggung perusahaan-perusahaan yang bekerja sama. Mulai transportasi lokal, akomodasi, dan biaya hidup. Mengawali program itu, baru beberapa studi yang ikut. Yakni pariwisata, pertanian, perikanan, teknologi informasi dan komunikasi, multimedia, permesinan, serta bisnis.
Negara-negara yang bekerja sama adalah Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina. ’’Nanti menular ke politeknik dan pendidikan vokasi yang lain,’’ tutur Gatot.
Pertemuan tersebut juga membahas pertukaran mahasiswa antarpoliteknik. Tahun ini jumlahnya naik menjadi seratus mahasiswa dari sebelas negara. Sebelumnya, hanya ada 50 orang. Program itu pun hanya berlangsung sebulan. Seminggu belajar teori dan tiga pekan berikutnya magang di peru- sahaan. ’’Kalau program tersebut menyesuaikan bebas visa di ASEAN yang hanya sebulan,’’ paparnya.
Gatot menambahkan, inti semua program sama. Yakni, meningkatkan kualitas lulusan politeknik. Apalagi, perkembangan industri maju pesat. ’’Jika tidak ikut maju, bisa ketinggalan,’’ ucapnya.
Selain itu, strategi pembelajaran yang efektif harus disusun. Dengan demikian, terbentuk harmonisasi kurikulum antara politeknik dan industri. ’’Dengan begitu, lulusan mana pun bisa bekerja ke negara lain dengan level menengah atas,’’ tuturnya.
Harmoniasasi kurikulum tersebut untuk menghilangkan gap antara indutri dan kampus. Direktur PENS Zainal Arief menambahkan, dengan menghilangkan jarak yang muncul maka, akan mempermudah bagi lulusan vokasi untuk diterima sesuai kebutuhan industri. “Dampaknya lulusan politeknik bisa dengan mudah masuk ke industri,” katanya