Tinggal Satu Rumah Batik di Kampung Batik Karah
SURABAYA – Papan bertulisan ”Kampung Batik Karah” terpajang di Jalan Ketintang Madya, Kelurahan Karah, Kecamatan Jambangan. Papan tersebut ingin menunjukkan bahwa banyak perajin batik di kampung tersebut. Namun, yang ditemui berbeda. Hanya tersisa satu rumah perajin batik.
Rumah tersebut milik Ary Widarto sebagai pemilik brandBanyusumilir. Rumah tersebut dijadikan dapur produksi batik sekaligus gerai batik. Dibantu tiga karyawannya, Ary tetap konsisten menekuni dunia batik hingga saat ini. Namun, dia menyayangkan kondisi kampungnya yang dikenal dengan kampung batik, tapi hanya ada satu pembatik.
Ary pencetus Kampung Batik Karah. Dia kerap memberikan pelatihan membatik kepada tetangga dan warga di lingkungannya. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak yang mengaku kesulitan bahan baku dan pemasaran. ”Banyak yang tidak kuat dan tidak diteruskan,” katanya.
Batik yang dibuat Ary merupakan batik tulis. Karena itu, hampir seluruh motif batiknya berbeda. Kini dia berfokus pada motif kontemporer yang meliputi legenda atau ikonik sebuah wilayah. Misalnya, karapan sapi, reog, bahkan bentuk patung Suroboyo. ”Saya tidak berfokus ke Surabaya saja, tapi batik Nusantara,” imbuhnya.
Ary mulai membatik pada 2006 setelah pensiun dari salah satu BUMN. Dia belajar secara otodidak. Kemudian, dia mulai mengikuti berbagai pameran. Setelah itu, mulai banyak yang memintanya untuk memberikan pelatihan membatik. ”Awalnya, senang ikut pelatihan. Terus, sebulan dua bulan banyak yang berguguran,” ujarnya.