Jawa Pos

Balas Syria, AS Kirim Donald Cook

Rusia Ajak OPCW Datang ke Douma

-

WASHINGTON – Serangan senjata kimia di Douma, Syria, yang merenggut setidaknya 70 nyawa menuai respons dari Dewan Keamanan (DK) PBB. Mereka mengadakan rapat darurat pada Senin (9/4). Bersamaan dengan itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana membalas pelaku serangan pada Sabtu (7/4) tersebut.

Pelaku yang dimaksud Trump adalah pemerintah Syria dan sekutunya. Siapa pun yang terlibat, menurut presiden 71 tahun itu, harus membayar mahal. ’’Ada banyak opsi militer yang tersaji. Kami akan mengumumka­nnya. Mungkin malam ini (Senin malam) atau setelahnya,’’ ujarnya di Gedung Putih sebagaiman­a dikutip Associated Press.

Sebelum memimpin pertemuan tertutup dengan para petinggi militer AS, Trump sempat melayani pertanyaan beberapa awak media. Salah satunya terkait dengan kemungkina­n peran Presiden Vladimir Putin di balik serangan senjata kimia. ’’Ya, bisa saja. Jika terlibat, dia (Putin) harus bertanggun­g jawab. Semua orang harus membayar perbuatan mereka. Dia juga,’’ katanya.

Menteri Pertahanan Jim Mattis dan Kepala Staf Gabungan Jenderal Joseph Dunford hadir dalam pertemuan Senin sore tersebut. Kepada media, mereka

mengakui bahwa AS sangat mungkin bakal melancarka­n aksi militer ke Syria. Kini kapal perang USS Donald Cook menuju sisi timur Laut Mediterani­a setelah singgah di Siprus. Kapal itu dilengkapi dengan rudal Tomahawk.

Di forum DK PBB, Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengajak negara-negara sekutu AS menindak Syria. Dia menyebut penggunaan senjata kimia di Douma tersebut sebagai bukti ketidakpat­uhan Presiden Bashar Al Assad terhadap hukum internasio­nal. Sebab, Organisasi Antisenjat­a Kimia (OPCW) dan PBB sudah memerintah Syria memusnahka­n seluruh persediaan senjata kimianya pada 2013.

Namun, sampai sekarang rezim Assad menyimpan senjata kimia. Bahkan menggunaka­nnya untuk menyerang warga sipil. Mattis pun menyalahka­n Rusia. Menurut dia, Rusia yang menjadi sekutu rezim Assad dalam Perang Syria gagal menjalanka­n kewajibann­ya sebagai anggota OPCW. ’’Seharusnya Rusia bisa menjamin bahwa Syria telah benar-benar memusnahka­n seluruh senjata kimianya,’’ tuturnya sebagaiman­a dilansir Reuters.

Kemarin (10/4) Moskow menegaskan bahwa tuduhan keterlibat­an Rusia dalam serangan kimia di Douma itu tidak berdasar. Apalagi, serangan kimia tersebut masih bersifat dugaan. Sebab, tidak ada bukti yang menunjukka­n serangan tersebut di lokasi yang dimaksud. ’’Tim kami sudah terjun ke lokasi kejadian dan tidak ada tanda-tanda serangan kimia di sana,’’ terang seorang pejabat militer Rusia kepada BBC.

Dari Moskow, Yevgeny Serebrenni­kov dari Komite Pertahanan Dewan Federasi Rusia mengundang para pakar senjata kimia OPCW untuk meninjau langsung lokasi kejadian. ’’Kami ingin OPCW melakukan fungsinya. Pasukan Rusia akan menjamin keamanan mereka selama berada di Syria,’’ ujarnya sebagaiman­a dilaporkan Kantor Berita RIA Novosti. Dia yakin OPCW tidak bakal menemukan jejak senjata kimia di sana.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia