Jawa Pos

Ciduk Mucikari Lintas Provinsi

-

SURABAYA – Tur yang dilakoni Supriharti­ni berakhir di kantor polisi. Perempuan asal Demak, Jawa Tengah, itu ditangkap Unit PPA Satreskrim Polrestabe­s Surabaya Senin petang (9/4). Dia terlibat human traffickin­g dengan menjadi mucikari yang menggelar tur lintas provinsi.

Supriharti­ni menjual tiga temannya, RIS, FEB, dan ERI, di sebuah hotel kawasan Tegalsari. Keempatnya dirilis di halaman Gedung Anindita Polrestabe­s Surabaya kemarin sore. Tubuh mereka gemetar saat berhadapan dengan puluhan kamera. Wajah mereka ditutupi topeng Spider-Man

Tatapan mata yang kalut terlihat dari balik topeng tersebut.

Seusai rilis, Jawa Pos menemui keempatnya. FEB bekerja sebagai sales promotion girl (SPG) freelance. Dia kerap menjual miras dan rokok. Sedangkan RIS dan ERI bekerja sebagai pemandu lagu karaoke. Ketiganya mengenal tersangka lantaran tinggal bertetangg­a di Semarang. ”Lebih dari 11 kali tur,” ujar FEB saat ditanyai perihal jumlah tindak pidana yang dilakukan tersangka. Persisnya, Supriharti­ni telah membawa anak buahnya 2 kali ke Bandung, 10 kali ke Semarang dan Tegal, lalu ke Surabaya saat ditangkap Senin itu.

Empat koper pink dan satu koper ungu berukuran besar ditaruh di depan meja penyidik. Isinya adalah pakaian yang dibawa anak buahnya. Tiap tur ke luar kota, mereka biasanya menginap di hotel selama tiga hari. Tersangka mengambil keuntungan Rp 300 ribu–Rp 500 ribu per aksi. Sehari, setiap anak buahnya bisa melayani lima pelanggan. ”Biar kapok si mucikari ini. Korbannya segera kami kirim ke dinsos,” kata Kanit PPA Satreskrim Polrestabe­s Surabaya AKP Ruth Yeni.

Tersangka bukan mucikari anyaran. Dia sudah beraksi setahun. Supaya tidak gampang terlacak, dia menggelar tur ke beberapa kota. Ruth mengatakan, modus yang digunakan Supriharti­ni adalah memasang status di Facebook. Perempuan 31 tahun itu menggunaka­n akun bernama Cikk Dedek. Saat akan memulai tur, dia mengumumka­nnya lewat status. Hari ini open Semarang. Begitu contoh statusnya 23 Maret lalu. ”Mereka yang mau memakainya cukup inbox atau meninggalk­an nomor telepon di statusnya,” ujar Ruth.

Kedatangan ke Surabaya itu adalah yang pertama bagi Supriharti­ni. Kebetulan, dia mendapat pesanan dari kota ini. Tawaran tersebut dia respons dengan membawa RIS, FEB, dan ERI. Mereka naik kereta api dari Semarang.

Unit PPA yang setiap hari berpatroli di dunia maya akhirnya mengendus niat jahat pelaku. Mereka mengintai sejak tersangka dan para korban tiba di Stasiun Gubeng Senin sore (9/4).

Supriharti­ni dan anak buahnya naik taksi untuk menuju hotel. Tim pengintai segera melapor kepada Ruth bahwa tindak pidana segera terjadi. Di lobi hotel, seorang pelanggan sudah menunggu. Lima orang tersebut langsung memesan kamar.

Ruth mengatakan, layanan yang diberikan tersangka agak unik. Sebab, para korban ditampilka­n dalam satu kamar dan bisa dipilih sesuai keinginan si pria hidung belang. Tarif yang dia patok Rp 1 juta–Rp 1,5 juta untuk kencan short time. Belum termasuk biaya sewa kamar. Begitu pelanggan sudah memilih, yang tidak berkepenti­ngan keluar dari kamar. Menunggu di lobi. ”Langsung kami cekal di situ, baru meluncur ke kamar untuk penggerebe­kan,” kata Ruth.

Polisi berhasil menyita uang hasil transaksi sebesar Rp 1 juta, karet pengaman bekas, kuitansi hotel, dan handphone yang digunakan sebagai sarana prostitusi. Mereka lantas dibawa ke Mapolresta­bes Surabaya.

 ??  ?? GAGALKAN TRAFFICKIN­G:
Dari kiri, Kompol Ali Purnomo dan AKP Cinthya Dewi Ariesta serta tersangka Supriharti­ni dan korban FEB, ERI, RIS di Mapolresta­bes Surabaya kemarin.
GAGALKAN TRAFFICKIN­G: Dari kiri, Kompol Ali Purnomo dan AKP Cinthya Dewi Ariesta serta tersangka Supriharti­ni dan korban FEB, ERI, RIS di Mapolresta­bes Surabaya kemarin.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia