Masa Tunggu di Halte 30-40 Menit
Pengoperasian Suroboyo Bus Hari Kedua
SURABAYA – Pengoperasian Suroboyo Bus (SB) memasuki hari kedua kemarin (10/4). Masa tunggu bus belum sesuai dengan yang dijanjikan dinas perhubungan (dishub), yakni 10 menit saja. Meski demikian, jumlah penumpang mulai bertambah. Umumnya, mereka adalah pekerja kantoran.
Berdasar pantauan Jawa Pos, durasi menunggu bus di halte berbeda-beda. Sekitar 30 hingga 40 menit. Di halte depan Rumah Sakit Darmo misalnya, armada SB 08 dengan rute Terminal Purabaya– Rajawali melintas pada pukul 07.45. Kemudian, armada berikutnya, yakni SB 01, baru terlihat pada pukul 08.25.
Sebaliknya, untuk rute Rajawali–Terminal Purabaya, SB 04 melintas di Halte Darmo pukul 08.05. Armada selanjutnya, SB 08, melintas pukul 08.40. ”Kami jaga jarak juga biar tidak terlalu dekat atau terlalu jauh,” terang Ilyas, pengemudi SB 08.
Dampaknya, Hendri Kusyansyah, salah seorang penumpang, menyatakan akan beralih ke transportasi lain apabila masa tunggu SB terlalu lama. Penumpang lain juga memperbincangkan rute bus. Dia berharap ada bus yang melayani rute yang dekat dengan kantornya.
Lamanya masa tunggu disebabkan banyak hal. Salah satunya kepadatan lalu lintas di rute yang dilalui bus. Pada saat jam berangkat kerja misalnya. Jalan Darmo begitu padat. Mobil dan motor berdesak-desakan. Belum lagi, bus juga berbagi tempat dengan sepeda motor yang sama-sama di lajur kiri.
Selain itu, aplikasi gobis yang dijanjikan belum bisa dimanfaatkan
Padahal, aplikasi akan terhubung dengan Surabaya Intelligent Transportation System (SITS). Ketika melewati traffic light, bus terpaksa berhenti seperti kendaraan lain.
Kemarin jumlah penumpang meningkat. Pada hari pertama, untuk bus paling pagi dengan rute Rajawali–Terminal Purabaya, tidak ada penumpang sama sekali. Namun, kemarin pada rute paling pagi, ada empat penumpang. Selanjutnya, jumlahnya semakin bertambah hingga 16 penumpang pada pukul 08.00.
Sayangnya, peningkatan penumpang tidak diiringi dengan jumlah penumpang yang membawa botol plastik sebagai tiket. Mayoritas masih memanfaatkan fasilitas gratis untuk penumpang hingga akhir April nanti. Dari 16 penumpang di SB 08 hingga pukul 09.00, hanya ada empat penumpang yang membawa botol plastik. ”Langsung kami setor ke bank sampah di Purabaya,” ujar Fendy Bagus, kondektur SB.
Baik yang membawa sampah maupun tidak, petugas tetap memberikan tiket. Hal tersebut berbeda dengan pengoperasian hari pertama. Kemarin alat untuk pencetakan tiket SB, yakni handheld, sudah dipergunakan. Rencananya, tiket tersebut diberikan ketika penumpang menukar kartu dari bank sampah. ”Sementara semua penumpang kami kasih hingga diberlakukan wajib pakai sampah,” imbuh Fendy.
Berdasar pantauan saat sore, mayoritas kursi SB yang melintas terisi penuh oleh penumpang. Waktu tunggu di Halte RSAL relatif sama. Yakni, SB 05 melintas pukul 15.30, armada berikutnya SB 01 melintas pukul 15.57. Masa tunggu lebih cepat daripada saat pagi.
Sementara itu, kebijakan membayar tiket bus dengan sampah, menurut pakar, adalah solusi paling tepat. Sebenarnya, untuk naik Suroboyo Bus, pemkot tidak bisa menarik retribusi. Ibarat sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, membayar dengan sampah dinilai bisa menyelesaikan dua masalah. Bus tetap beroperasi. Di sisi lain, warga bisa semakin terlibat untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Hal itu dijelaskan oleh pakar dari Laboratorium Perhubungan dan Bahan Konstruksi Jalan ITS Anak Agung Gde Kartika. Namun, menurut dia, tempat penukaran yang ada saat ini memang masih sedikit. ”Memang bank sampah (tempat penukaran, Red) harus diperbanyak,” ungkapnya kemarin (10/4).
Warga, lanjut dia, juga belum paham mekanisme pembayaran dengan sampah plastik tersebut. Terutama warga luar kota. Selain itu, tidak semua warga bisa mengumpulkan sampah plastik sesuai jumlah yang ditentukan.
Solusinya bisa menggunakan tiket dari pengumpulan sampah milik orang lain. Mirip dengan model subsidi silang. ”Kan ada yang bisa mengumpulkan banyak sampah plastik, tetapi tidak butuh naik bus sering-sering. Nah, tiketnya bisa diberikan ke mereka yang butuh,” jelas Agung.