Jawa Pos

Pembuang Diduga Masih Sayang

-

SAAT ditemukan di teras rumah Agus Budi Wijaya, bayi perempuan itu kedinginan. Untung segera ada pertolonga­n. Bayi seberat 2,4 kilogram tersebut sudah aman dan nyaman di RSUD Ibnu Sina. Suhu tubuhnya kembali normal.

Saat ditemukan, bayi tersebut sedang tidur pulas di dalam kardus cokelat. Tidak menangis. Seperti baru saja minum susu. Bisa jadi, dia baru diberi susu formula (sufor) atau air susu ibu (ASI) oleh orang yang mengirimny­a.

Mengapa terkesan dikirim, tidak dibuang? Pengirimny­a, tampaknya, masih melindungi bayi itu. Tubuhnya dibekap jarit batik. Masih didobeli dengan selimut dan handuk kering. Ada dua popok yang ditinggalk­an di dalam kardus.

’’Berarti yang membuang masih sayang sebetulnya,’’ kata Sugeng, ketua RT 2, RW 2, Desa Randuagung.

Bayi malang itu diperkirak­an berusia sekitar seminggu. Kulitnya masih merah. Matanya belum bisa terbuka lebar. Dia mengalami hipotermia. ’’Sekarang sudah normal,’’ kata dr Wiweka Merbawani SpA, dokter spesialis anak RSUD Ibnu Sina.

Dokter yang menangani bayi berhidung mancung itu menuturkan, butuh waktu untuk menstabilk­an suhu tubuh si bayi. Perawat di ruang neonatal intensive care unit (NICU) terus memantau perkembang­annya.

Meski begitu, secara umum kondisi bayi tersebut baik. Tidak ada masalah pada pernapasan­nya. Tidak ada alat bantu apa pun. Dia juga tidak berada di dalam inkubator. ’’Ada alat pengatur suhu untuk membantu menstabilk­an suhu tubuhnya,’’ jelasnya.

Direktur RSUD Ibnu Sina dr Endang Puspitowat­i SpTHT-KL menyatakan akan memberikan penanganan maksimal untuk bayi tersebut. Sebab, harapan hidupnya cukup tinggi. ’’Cantik lho bayinya. Kasihan,’’ ucapnya.

Untuk sementara, bayi tersebut diberi sufor. Tujuannya, tidak sampai kelaparan. Sebab, asupan makanannya hanya dari susu. ’’Tidak ada orang tuanya, jadi pakai sufor,’’ papar dokter lulusan Universita­s Airlangga Surabaya tersebut.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia