Crane Putar Jadi Tempat Pengasapan Ikan
SURABAYA – Mereka yang kerap menyambangi Jembatan Petekan di Kecamatan Pabean Cantian pasti pernah melihat cagar budaya bekas jembatan buka tutup yang mengizinkan kapal-kapal dari laut melaju sampai wilayah tengah Surabaya. Namun, tampaknya ada cagar budaya pasangan dari jembatan tersebut: crane putar PT Boma Bisma Indra.
Sayangnya, jejak-jejak kemegahan ekonomi Kota Pahlawan itu tidak terlihat jelas. Wajar jika warga Surabaya melewatkan menara tersebut. Sebab, tepat di samping crane itu terdapat pohon yang cukup besar. Daun-daun dari pohon tersebut begitu lebat. Sampaisampai, fondasi alat pemindah barang itu tidak terlihat.
Pemandangan crane itu tidak bisa dinikmati secara utuh, baik dari seberang, Jalan Kalimas Barat, maupun dari Jalan Kalimas Timur. Belum lagi di sisi selatan terdapat barisan tenda milik pengusaha ikan asap yang setiap sore bekerja di sana. Salah satunya tenda Nur Afifah. ’’Ya manggang iwak pe (ikan pari) atau
iwak manyung (ikan manyung). Setiap hari 1,5 kuintal habis terus dijual orang kulakan (borongan),’’ ungkapnya.
Direktur Sjarikat Poesaka Soerabaia Freddy H. Istanto menyayangkan fakta tersebut. Padahal, seluruh cagar budaya seharusnya dirawat agar bisa tetap bertahan sampai kapan pun. ’’Harusnya cagar budaya bisa bebas dinikmati masyarakat. Apalagi terpapar banyak debu dan asap. Harus ditelusuri apakah aman,’’ jelasnya.
Dia mengusulkan agar crane tersebut diperbaiki lagi sampai berfungsi. Selanjutnya, crane itu dijadikan wahana bagi wisatawan. ’’Meskipun tak seberapa tinggi,
kan lumayan juga untuk merasakan suasana zaman dulu,’’ ungkapnya.