Kalau Bunga Nol Persen, Bank Bisa Tutup
Industri perbankan Indonesia mulai merambah bisnis kredit pendidikan (student loan). Bank Rakyat Indonesia (BRI) menjadi bank pertama yang menyalurkan produk tersebut. Bagaimana prospeknya? Berikut obrolan wartawan Jawa Pos SHABRINA PARAMACITRA dengan dir
Presiden Jokowi meminta perbankan di Indonesia mulai memperkenalkan student loan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Bagaimana ceritanya?
Iya, ini sebenarnya sesuai arahan dari Pak Presiden. Bank diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas SDM di Indonesia. Nah, skema kredit tanpa agunan ini sebenarnya sudah la- ma ada, tapi belum dikembangkan untuk pendidikan.
Bagaimana struktur student loan itu?
Tidak ada aturan khusus dari pemerintah untuk kredit ini. Jadi, bank bisa punya kredit pendidikan dengan beragam skema. Kalau di BRI, kredit pendidikan itu bisa diajukan dan dibayar bunganya saja pada saat masih kuliah. Sedangkan pokok pinjamannya dibayar setelah mahasiswa itu lulus. Jadi, lebih fleksibel karena ada grace period (kelonggaran waktu pembayaran, Red).
Siapa target pasar yang dibidik student loan ini?
Mahasiswa S-2 dan S-3 yang sudah produktif di kesehariannya. Jadi, mereka punya penghasilan tetap. Kalau bisa, kami utamakan mahasiswa dari jurusan yang mudah untuk produktif, seperti jurusan teknik. Tapi, jurusan lain tetap boleh mengajukan. Kami juga sedang mengkaji skema kredit ini untuk mahasiswa S-1. Kalau sekarang, belum ada.
Bagaimana dengan bunga, plafon, dan tenornya?
Bunganya pasti menarik dan tidak memberatkan mahasiswa. Plafonnya Rp 150 juta. Batas waktu pembayaran maksimal 10 tahun untuk S-3 dan 6 tahun untuk S-2.
Bagaimana mitigasi risikonya?
Calon debitor harus mendapat surat rekomendasi terlebih dahulu dari kampusnya.
Menristekdikti Mohamad Nasir sempat mengusulkan agar bunga student loan bisa nol persen. Menurut Bapak, apakah hal itu bisa diwujudkan?
Hehehe…nanti banknya tutup.