Serapan Tenaga Kerja Belum Optimal
Ekspansi Kegiatan Usaha Berlanjut
JAKARTA – Dunia usaha mulai bergairah awal tahun ini. Survei kegiatan dunia usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia (BI) menunjukkan kegiatan dunia usaha pada kuartal I 2018 meningkat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Kondisi itu tecermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar 8,23 persen pada kuartal I 2018. Lebih tinggi daripada kuartal I 2017 yang tercatat 4,8 persen. Peningkatan kegiatan usaha, terutama terjadi pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan, dengan SBT 2,4 persen. Industri pengolahan juga meningkat dengan SBT 2,17 persen.
Perbaikan sektor industri pengolahan juga tecermin pada prompt manufacturing index (PMI) yang berada pada fase ekspansi, yakni 50,14 persen. Pada kuartal I tahun lalu, PMI masih melambat di angka 47,93 persen. ’’Kalau PMI di bawah angka 50 (persen), itu kontraksi. Nah, kalau sudah di atas itu, artinya mulai ada perbaikan dan mudah untuk ekspansi,’’ ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik BI Yati Kurniati saat diskusi bersama
media kemarin (12/4).
Ekspansi kegiatan usaha diperkirakan berlanjut. Itu tecermin dari SBT perkiraan kegiatan usaha yang meningkat menjadi 17,99 persen pada kuartal II 2018. PMI pada kuartal II 2018 diperkirakan 53,56 persen atau tetap berada pada fase ekspansi. ’’Optimisme peningkatan kegiatan usaha didukung perkiraan tingkat penggunaan tenaga kerja dan investasi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kuartal I 2018,’’ kata Yati.
Beberapa sektor, misalnya komunikasi, transportasi, serta perhotelan, restoran, dan kafe, mulai meningkat. Peningkatan tersebut didorong persiapan sektor-sektor industri itu dalam menyambut permintaan yang biasanya naik pada Ramadan dan Idul Fitri.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai, kenaikan aktivitas dunia usaha pada awal tahun ini belum dibarengi serapan tenaga kerja yang baik. Sebab, tingkat penggunaan tenaga kerja belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Itu tecermin pada kontraksi SBT jumlah tenaga kerja yang menurun. Yakni, dari 1,25 persen pada kuartal I 2017 menjadi minus 0,88 persen pada kuartal I 2018.
’’Jika ada kenaikan permintaan pasar, hanya jam kerja karyawan yang ditambah dan tidak ada kenaikan serapan tenaga kerja baru yang signifikan,’’ jelasnya. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sejak tahun sebelumnya masih di angka 5 persen menunjukkan bahwa kapasitas produksi belum digunakan secara maksimal.