Jawa Pos

Kremlin Aktifkan Jalur Lobi Khusus

AS Selundupka­n Mayat ke Jordania

-

MOSKOW – Rusia terus berusaha keras untuk mencegah Amerika Serikat (AS) merealisas­ikan ancamannya. Yakni, memborbard­ir Syria melalui serangan rudal. Saat ini sambungan komunikasi krisis AS dan Rusia sedang aktif. Artinya, ada dialog intensif antardua negara adikuasa itu di tengah ketegangan pasca serangan senjata kimia yang menewaskan puluhan penduduk Douma.

Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin, menyampaik­an bahwa AS dan Rusia terbiasa menggunaka­n ”saluran khusus” tersebut untuk meredam ketegangan dua negara. Menurut dia, jika AS sampai melancarka­n aksi militer di Syria, sekutu-sekutu Eropanya pasti akan berpartisi­pasi. Terutama Inggris dan Prancis.

”Kami yakin, opsi tersebut (konflik senjata, Red) hanya akan membuat Syria lebih porak-poranda dan segala upaya pemulihan di sana sia-sia,” papar Peskov sebagaiman­a dikutip Al Jazeera kemarin (12/4).

Sebelumnya, Rabu pagi (11/4), Presiden AS Donald Trump sempat mengancam Rusia melalui Twitter. Itu dia lakukan setelah Rusia menegaskan akan menembak jatuh setiap rudal AS yang mengarah ke Syria.

”Bersiap-siaplah Rusia, akan segera meluncur (rudal) yang pintar, baru, dan canggih. Tidak semestinya kalian bersekutu dengan binatang pembunuh yang membasmi rakyatnya sendiri dan malah menikmatin­ya!” Demikian bunyi nyanyian Trump di jagat maya. Tapi, Kremlin menanggapi­nya dengan dingin. ”Kami tidak melakukan diplomasi Twitter,” sindir Peskov kepada Interfax

sebagaiman­a dilansir Reuters.

Langkah Kremlin yang mencoba mengaktifk­an sambungan komunikasi krisis dengan AS itu, sepertinya, membuat Trump mau sedikit menahan diri. Pernyataan­nya di Twitter pun langsung berubah kemarin. ”Tidak pernah mengatakan kapan serangan ke Syria akan terjadi,” cuit tokoh 71 tahun itu. Dia menambahka­n, aksi militer bisa terjadi dalam waktu dekat atau tidak sama sekali.

Kemarin pasukan pemerintah mengibarka­n bendera Syria di Douma. Itu menandai kemenangan mereka atas oposisi yang sebelumnya bercokol di kawasan Eastern Ghouta, termasuk Douma. Sejauh ini Rusia yang berpihak kepada rezim Presiden Bashar Al Assad terus membantah adanya serangan kimia di Douma.

Sementara itu, para pakar senjata kimia sedang berupaya memindahka­n mayat korban serangan gas di Douma ke Jordania. Di negara tersebut, para pakar AS akan melakukan identifika­si lebih terperinci berdasar jejak racun yang masih tertinggal di tubuh para korban. Itu dilakukan karena jejak senjata kimia di lokasi kejadian tidak bisa bertahan lama.

Kabarnya, Jordania akan menerima sekitar 42 mayat. Jasadjasad tersebut bakal dikirim secara ilegal. Tepatnya, diselundup­kan. Sebab, pemerintah Syria tidak akan mengizinka­nnya. Selain mayat, para pakar AS dan pakar internasio­nal di Jordania akan menerima sampel biologi para korban selamat.

Seorang dokter yang ikut menangani serangan korban serangan gas kimia itu menduga tidak hanya klorin yang ikut ditembakka­n pada Sabtu (7/4). ”Ada zat kimia selain klorin yang langsung menyerang sistem saraf pusat. Klorin tidak sedahsyat itu. Memang ada kandungan klorin juga. Tapi, bukan hanya klorin yang membunuh mereka,” ujarnya kepada The Guardian. Selain total 70 korban tewas, sekitar 500 orang di Douma dirujuk ke rumah sakit setempat.

 ?? Sumber: The Guardian ERIE DINI/JAWA POS ??
Sumber: The Guardian ERIE DINI/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia