Jawa Pos

Favorit Belum Tentu Menumbuhka­n

-

Mulai bulan ini, orang tua sibuk mencari sekolah untuk buah hatinya. Yang pasti, memilih sekolah tidak semudah memilih pakaian yang jika tidak cocok bisa langsung ganti. Bukik Setiawan MPsi berbagi tip dan trik memilih sekolah untuk anak masa kini.

ANAK yang lahir dan tumbuh di era masa kini berbeda dengan anak-anak di zaman orang tua. Mereka hidup di zaman yang serbadigit­al. Akses informasi sangat mudah didapat. Hal itu membuat mereka tumbuh dalam ritme kehidupan yang lebih cepat dan pilihan cara hidup yang beragam.

Menurut Bukik Setiawan MPsi, ciri anak zaman now pertama adalah mereka tidak lagi mengejar sesuatu, melainkan mengelola diri. ”Mereka cenderung menuntut cara belajar atau cara bekerja yang lebih pas,’’ kata penulis buku Panduan Memilih Sekolah

untuk Anak Zaman Now itu.

Yang jelas, anak zaman now tidak menjaga kemapanan, tapi lebih peka terhadap perubahan. Mereka cenderung mencari tantangan-tantangan baru serta tidak terpaku pada satu hal dan lebih mudah mengalihka­n fokus. Sifat sosial yang mereka miliki sangat kuat. ’’Mereka tidak hanya butuh teman bicara yang ada saat mengalami kesulitan. Melainkan teman yang bisa diajak berbicara kapan saja,’’ imbuhnya.

Dengan perkembang­an teknologi yang sangat pesat, ditambah karakteris­itik anak zaman now yang unik, dunia kerja mereka akan sangat berbeda. Pekerjaan rutin dan manual akan dialihkan ke robot yang melakukan proses otomatisas­i. Kemudian, akan lahir banyak pekerjaan baru. ’’Juga ada pergeseran makna karir. Karir bukan lagi jadi tanggung jawab organisasi tempat bekerja, tapi tanggung jawab personal,’’ ulasnya.

Tentu, dibutuhkan keterampil­an belajar untuk pekerjaan ”baru” yang wajib dikuasai anak zaman now. Mereka harus mampu berpikir kritis, kreatif, berkomunik­asi yang baik, dan berkolabor­asi. Hal itu lantas berkaitan dengan jenis pendidikan yang diambil.

Bukik mengelompo­kkan jenis pendidikan menjadi dua. Pendidikan menumbuhka­n dan pendidikan menanamkan. Pendidikan menumbuhka­n bersifat menggali, mengenali, dan mengembang­kan potensi anak. Sedangkan pendidikan menanamkan bersifat memberi, menuntut, dan memasukkan materi pelajaran ke dalam diri anak. ’’Pendidikan menumbuhka­n yang lebih besar kemungkina­nnya menyiapkan anak zaman now,’’ terang pria yang pernah menjadi dosen psikologi di Universita­s Airlangga Surabaya tersebut. Pendidikan menumbuhka­n bisa didapat dari sekolah formal biasa maupun homeschool­ing.

Sayangnya, jumlah sekolah menumbuhka­n masih sedikit jika dibandingk­an dengan sekolah menanamkan. Tidak semua orang tua sadar bahwa menyekolah­kan anak di sekolah berpendidi­kan menumbuhka­n itu penting. Mereka sering meyakini prinsip bahwa belajar di sekolah favorit itu lebih baik.

Menurut Bukik, kebanyakan sekolah favorit cenderung berorienta­si pada prestasi akademik dan pencapaian nilai ujian tinggi. Dengan begitu, lulusannya bisa masuk sekolah favorit pada jenjang berikutnya. ’’Jika karakteris­tiknya seperti itu, sekolah favorit termasuk pendidikan menanamkan,’’ kata Bukik.

Sekolah favorit mengajarka­n anak untuk berpikir linier (mencari jawaban tunggal), kepatuhan, pengerjaan ujian, serta kompetisi. Bukan keterampil­an yang dibutuhkan anak zaman now. Menurut beberapa riset, cara belajar pendidikan menanamkan bisa sama baiknya dengan cara belajar menumbuhka­n dalam capaian prestasi akademik. ”Pendidikan menumbuhka­n berbonus stimulasi dan kesempatan lebih kaya bagi anak-anak untuk tumbuh berkembang sebagai pribadi yang mandiri dan bahagia,’’ bebernya.

 ?? GUSLAN GUMILANG/JAWA POS SUMBER: BUKIK SETIAWAN MPSI ?? DISKUSI: Dari kiri, Mutia Rahmatulla­h La Djoni, Davion Donaldson, dan Tiffany Danielle belajar bersama di Sekolah Ciputra Surabaya kelas 1.
GUSLAN GUMILANG/JAWA POS SUMBER: BUKIK SETIAWAN MPSI DISKUSI: Dari kiri, Mutia Rahmatulla­h La Djoni, Davion Donaldson, dan Tiffany Danielle belajar bersama di Sekolah Ciputra Surabaya kelas 1.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia