Indikasi Utama karena Depresi
Kasus Dokter Bunuh Diri
SURABAYA – Penyelidikan terhadap kasus bunuh diri Michael Mulyono masih bergulir. Beberapa saksi sudah diperiksa pihak kepolisian. Satu-satunya dugaan yang muncul, dia memutuskan mengakhiri hidup karena depresi.
Hal itu diungkapkan Kapolsek Tegalsari Kompol David Triyo Prasojo. Pihaknya sudah menanyai beberapa keluarga Michael. Dia dan anggotanya juga sudah melakukan olah TKP ulang untuk bisa mendapatkan fakta tambahan di lapangan kemarin (12/4).
David menuturkan, Michael meloncat dari lantai 8 yang merupakan area loading dock dan parkir mobil Tunjungan Plaza (TP) 6. Hal tersebut diketahui setelah polisi menyisir satu per satu lantai area parkir
J
Di loading dock itu ditemukan tas berisi identitas, obat-obatan, handphone, sabun muka, air minum, dan beberapa surat. Setelah dicocokkan, foto di identitas itu sesuai dengan wajah pemuda berusia 28 tahun tersebut.
Polisi juga memeriksa CCTV. Namun, ternyata tidak ada satu pun kamera yang mengarah ke tempat korban menjatuhkan diri. Dugaan polisi, Michael sempat ragu untuk meloncat. Dia terlebih dahulu menunggu di tempat tunggu sopir yang disediakan.
Setelah beberapa saat, dia baru memutuskan terjun. Lokasi ditemukannya jenazah Michael merupakan jalan keluar area parkir sepeda motor TP 3. Dari CCTV terlihat bagaimana tubuh Michael jatuh dari atas. ’’Kami telah memeriksa tas yang ditinggal di atas,’’ jelas perwira dengan satu melati di pundak tersebut.
Pemeriksaan saksi menjadi kunci utama untuk mengungkap alasan Michael bunuh diri. Terlebih, keluarga juga sudah menolak untuk dilakukan otopsi. Alasannya, mereka ingin cepat menyemayamkan jenazah anaknya. ’’Tapi, keluarga berjanji untuk tetap kooperatif terhadap penyelidikan yang berlangsung,’’ tegas David.
Di kartu identitasnya, tertulis Michael tinggal di Kedungdoro 36–46/B11. Setelah didatangi, alamat tersebut merupakan toko suku cadang milik orang tuanya. Karena sedang berduka, toko itu pun ditutup. Tidak ada satu pun warga sekitar yang mengenal Michael.
Jenazah Michael mulai kemarin disemayamkan di Adi Jasa. Keluarga menyewa ruang J di lantai 2. Tidak sembarang orang bisa datang. Keluarga betul-betul menjaga dengan hanya menerima pelayat yang dikenal.
Menurut keterangan keluarga kepada polisi, Michael terlihat murung akhir-akhir ini. Penyebabnya, dia tidak diterima di program pendidikan dokter spesialis (PPDS). ’’Dia sudah percaya diri sekali karena dulu lulus dengan nilai yang bagus,’’ cerita David.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FKUA) Prof DrdrSoetojoSpU(K)membenarkan bahwa Michael merupakan alumnus yang lulus pada 2012. ’’Semasa kuliah anaknya baik kok. Tidak neko-neko,’’ ujarnya.
Menurut Soetojo, Michael bahkan terbilang rajin dan memiliki kemampuan akademis yang bagus. Itu terbukti dari IPK-nya saat mendapatkan gelar SKed 3,22. Sedangkan IPK profesinya 3,43.
Dokter yang sempat internship di Maluku itu juga diketahui telah dua kali mendaftar program pendidikan dokter spesialis di FKUA. Dia mendaftar untuk mengambil spesialis jantung dan penyakit dalam.
Tetapi, untuk keterkaitan dengan kematian Michael, Soetojo tak bisa memastikan. Dia hanya menjelaskan, dalam setahun FKUA menggelar dua kali ujian penerimaan PPDS. ’’Yakni sekitar Maret-April dan September-Oktober,’’ imbuhnya.
Setiap peserta dibatasi maksimadua kali mendaftar di satu spesialisasi. Tetapi, mereka masih diperbolehkan mengambil spesialis di bidang lain. Persaingan di dua spesialisasi pilihan Michael itu terbilang ketat. Dalam setiap penerimaan, untuk spesialis jantung hanya ada tujuh dokter yang diterima. Sementara itu, untuk penyakit dalam ada 15 orang.