Surabaya Tuan Rumah Konferensi Internasional Layak Anak
Infrastruktur Lengkap, Raih Poin Tinggi dari UNICEF
SURABAYA ditunjuk sebagai tuan rumah konferensi Growing Up Urban Making Cities Safe and Sustanable For Every Child atau konferensi internasional kota layak anak. Diadakan selama 6–8 Mei 2018 di JW Marriot, konferensi tersebut diadakan oleh UNICEF dan diikuti oleh 11 wali kota dari delapan negara di Asia Pasifik.
Kota yang lebih dari lima tahun berturut-turut mendapatkan predikat kota layak anak peringkat utama di Indonesia ini berhasil menggeser Bangkok yang awalnya dijadikan tuan rumah untuk konferensi internasional tersebut. ’’Selain influence Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang memang dedikasinya pada perempuan dan anak sudah bergema secara internasional, Surabaya langsung jadi tuan rumah karena memenuhi persyaratan kota layak anak dan mendapatkan poin tertinggi dari UNICEF,’’ ujar Kepala Perwakilan UNICEF untuk Wilayah Jawa Arie Rukmantara.
Beberapa indikator kota layak anak yang dinilai UNICEF adalah APBD tinggi untuk anak dan infrastruktur pro anak, seperti keberadaan taman, fasilitas umum, tempat anak bergaul, dan berolahraga serta adanya pendampingan pemerintah daerah yang menyeluruh di tingkat keluarga maupun sekolah. ’’Untuk pendampingan anak dan keluarga, kami punya Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) di Siola yang sudah beroperasi 2-3 tahun dan kini makin masif, baru saja ditambahkan pusat rehabilitasi untuk anak-anak berkebutuhan khusus,’’ imbuh Antiek.
Pada 2017–2018, dana untuk keluarga dan anak menyentuh angka 72 persen dari APBD. Dilihat dari fasilitas umum untuk tumbuh kembang dan ruang ekspresi anak serta keluarga, Surabaya punya lebih dari 500 spot fasilitas umum yang tersebar di seluruh kecamatan di Surabaya. Bentuknya beragam, mulai lapangan futsal hingga ruang terbuka hijau.
Uniknya lagi, pendampingan untuk keluarga dan anak ini dilakukan secara merata, bahkan hingga daerah zona merah atau zona berkonflik, seperti area eks prostitusi Dupak. Kepedulian Kota Surabaya terhadap anak salah satunya dengan adanya rumah aman (shelter) yang disiapkan untuk merehabilitasi anak-anak yang berhadapan dengan hukum hingga anak siap kembali ke masyarakat.
Menurut Chief of Communication and Public Advocacy UNICEF Marc Vegara, konferensi Internasional tersebut dilakukan untuk menemukan solusi dan berbagi ilmu dari tiap daerah terkait cara masingmasing untuk melindungi anak yang telah dianggap layaknya aset. ’’Perencanaan dan kontrol bagi anak harus dipikirkan, jika tidak, di masa depan hal ini bisa sangat membahayakan,’’ ujar Marc di kantor Pemkot Surabaya, Selasa (13/3).
Event itu diadakan oleh UNICEF karena merasa tingkat kekerasan pada anak di Asia Tenggara masih relatif tinggi. Surabaya pun dipilih sebagai role model, karena memiliki angka kekerasan anak yang terus menurun.
Kepala Perwakilan UNICEF untuk Wilayah Jawa Arie Rukmantara menjelaskan bahwa diskusi yang dilakukan berisi sharing ide dan berbagi cara ampuh tiap daerah dalam penanganan anak serta pengembangan keluarga. ’’Hasil akhirnya adalah MOU atau kebijakan yang disepakati seluruh wali kota negara yang hadir, agar dikedepannya membangun kota layak anak jangka panjang jadi lebih mudah,’’ imbuh Arie.