Sama-Sama Alami Kelainan Jantung
SURABAYA – Anindita dan Anindia masih terbaring lemah di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD dr Soetomo kemarin (12/4). Alat bantu napas masih terpasang pada tubuh bayi kembar siam asal Lamongan tersebut. Keduanya mengalami kelainan jantung.
”Kondisi keduanya belum stabil. Napasnya sesak. Masih butuh bantuan CPAP (continuous positive airway pressure),” kata dr Agus Harianto SpA (K). Dia menjelaskan, proses kelahiran bayi dempet dada dan perut secara normal itu membuat mereka mengalami asfiksia. Bayi kekurangan oksigen yang bersifat mengancam jiwa.
Anindita dan Anindia merupakan kembar siam ke-89 yang dirawat di RSUD dr Soetomo. Mereka sudah menjalani pemeriksaan ekokardiografi yang juga dikenal dengan USG jantung kemarin. Hasilnya, kondisi kedua jantung bayi terpisah.
”Tetapi, masing-masing jantung memiliki kelainan,” tambah Dr dr Mahrus A. Rahman SpA (K). Bayi pertama hanya memiliki satu bilik. Sekat antarserambi juga memiliki lubang. Akibatnya, napasnya tersengal-sengal.
Pada bayi kedua, tidak ada bilik di antara serambi dan bilik. Bagian jantung itu saling menyambung sehingga tidak ada pemisahan antara darah bersih dan darah kotor. ”Untuk sementara bisa dibantu dengan obat-obatan,” lanjutnya.
Tindakan perbaikan jantung baru bisa dilakukan setelah kedua bayi dipisahkan. Dengan pemberian obat, risiko gagal jantung diharapkan bisa ditekan. ”Paling lambat dilakukan pada usia 3 bulan. Sifatnya juga hanya paliatif,” papar Mahrus.
Hal serupa diungkapkan dr Agus. Ketua Tim Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu RSUD dr Soetomo itu membenarkan bahwa tindakan pemisahan dilakukan saat mereka berusia 3 bulan. ”Kami menunggu usianya mencukupi agar tubuh bayi tidak terlalu stres saat dilakukan tindakan,” jelasnya.