Jawa Pos

THE FLAVOUR OF LIFE

-

INDONESIA menempati urutan kedua sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, yakni 99.093 km (Badan Informasi Geospasial). Ketika suplai garam, baik untuk konsumsi domestik maupun industri, gagal terpenuhi, Indonesia yang dilabeli negara maritim ”dihajar” warganya sendiri. Rata-rata pertanyaan­nya sih senada, ”Masa sih kita punya garis pantai sepanjang itu, tapi garam masih harus impor?”

Kalau Anda termasuk yang berkomenta­r salty seperti itu, coba baca terus halaman ini sampai tuntas. Fakta ilmiah membuktika­n bahwa panjang garis pantai bukan satu-satunya syarat sah untuk mendulang produksi garam yang melimpah.

Asal tahu saja, panjang garis pantai Tiongkok, negara produsen garam terbesar di dunia, ”hanya” 14.500 km. Dengan panjang garis pantai yang cuma 15 persen Indonesia, Negeri Bambu Kuning itu bisa menghasilk­an 68 juta ton garam per tahun. Angka itu 35,8 kali lipat jumlah produksi optimum garam kita saat cuaca mendukung.

Ketua Himpunan Masyarakat Petani Garam (HMPG) Jawa Timur Muhammad Hasan menuturkan bahwa panjang garis pantai nggak selalu berbanding lurus dengan jumlah produksi garam di negara tersebut. ”Meskipun total garis pantainya sangat panjang, tapi nggak semua bisa dijadikan tambak. Beberapa hal harus jadi pertimbang­an,” ungkapnya.

Salah satu pertimbang­annya adalah jenis tanah. Pantai dengan material berpasir dan berlumpur nggak bisa dipergunak­an untuk tambak garam. Selain jenis tanah, topografi dan kelerengan pantai harus datar.

Kelembapan udara pun turut andil dalam angka produksi garam. Di Indonesia, kelembapan udara cukup tinggi, yakni sekitar 70 persen, sehingga hal tersebut jadi penghambat air laut untuk menguap dan menjadi kristal garam. Berbeda dengan Tiongkok yang kelembapan udaranya rendah, berkisar 20 persen.

Cuaca yang nggak menentu di Indonesia juga berperan dalam naik-turunnya produksi garam. Apalagi musim panas di Indonesia relatif pendek, yakni 4–5 bulan. Hal tersebut memengaruh­i lamanya proses pembuatan garam dengan bantuan sinar matahari, metode tradisiona­l andalan petani garam di negara ini.

Negara-negara seperti Tiongkok dan Amerika Serikat bisa masuk dalam top five produsen garam di dunia meski tanpa modal garis pantai panjang karena nyatanya garam nggak cuma bisa ”dikeruk” dari laut. Gunung dan daratan juga menjadi pemasok pundi-pundi garam.

Berbagai penelitian ilmiah memaparkan bahwa garam yang ditambang dari darat terbentuk dalam waktu lama dalam perut bumi. Contohnya, garam Himalaya yang sudah ngendon di dalam tanah selama 250 juta tahun. Ada 84 jenis mineral dalam garam Himalaya. Garam yang ditambang dari gunung umumnya berasal dari laut zaman prasejarah dan memiliki kandungan yodium lebih tinggi daripada garam laut.

Penambanga­n garam di gunung sudah dilakukan di beberapa daerah di Indonesia, yakni Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara, dan Papua. Di daerah-daerah tersebut, terdapat sumber air asin yang dapat diproses dan menghasilk­an kristal-kristal garam.

Masalahnya, teknologi produksi garam belum cukup mumpuni. Garam mayoritas diolah secara tradisiona­l tanpa sentuhan alat-alat terbaru. Padahal, menurut Hasan, Indonesia punya potensi besar untuk perluasan lahan garam demi meningkatk­an jumlah produksi.

”Bahkan, di Nusa Tenggara Timur terdapat 10 ribu hektare lahan yang berpotensi dijadikan sumber produksi garam. Nusa Tenggara Barat juga sangat strategis untuk perluasan lahan pergaraman,” jelas Hasan.

Sama halnya dengan menikah, pengembang­an potensi garam di Indonesia butuh niat, usaha, dan doa. Hmmm... kira-kira kapan ya Indonesia bisa masuk lima negara teratas produsen garam?

 ??  ??
 ??  ??
 ?? RICHARD LAUTENS ?? COMPASS MINERAL GODERICH, KANADA
RICHARD LAUTENS COMPASS MINERAL GODERICH, KANADA
 ?? FLICK TOUFFEQUE ?? KHEWRA SALT MINE, PAKISTAN
FLICK TOUFFEQUE KHEWRA SALT MINE, PAKISTAN
 ?? FLICKR BERNHARD HUBER ?? SALAR DE UYUNI, BOLIVIA
FLICKR BERNHARD HUBER SALAR DE UYUNI, BOLIVIA

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia