Kekejian Pelaku Malah Dibela Puluhan Pengacara
Pemerkosaan Bocah 8 Tahun Asifa Bano yang Bisa Membelah India
Kasus ini mungkin baru kali pertama terjadi di dunia. Pelaku pemerkosaan malah mendapatkan simpati dari masyarakat. Semuanya karena sentimen primordialisme dan keagamaan.
RIBUAN lilin dinyalakan di Gerbang India, New Delhi, Kamis malam (12/4). Massa berkumpul untuk mengenang sekaligus mengutuk tindak pemerkosaan yang terjadi pada Asifa Bano. Pada 2012, tempat itu juga dipakai sebagai aksi protes terhadap pemerkosaan brutal yang pernah mengguncang negeri tersebut.
”Seperti jutaan orang India lain- nya, hati saya terluka. Negara ini tidak bisa memperlakukan para perempuannya seperti ini,” cuit Rahul Gandhi di akun Twitternya. Dia adalah pemimpin sekitar 5 ribu orang dalam aksi itu.
Kasus Asifa memang bikin miris. Horor. The New York Times melaporkan bahwa bocah 8 tahun itu sedang menggembalakan kudanya di padang rumput pada Januari. Asifa memang tak sekolah. Sehari-hari dia memang senang bermain di padang rumput.
Asifa tak punya prasangka buruk saat seorang pria memanggilnya. Yang tak pernah disadarinya, panggilan itu bak panggilan kematian.
Pria itu dan kawannya memberi Asifa obat penenang. Bocah tersebut lalu dibawa ke salah satu kuil di dekat lokasi dan dikunci di salah satu ruangan. Selama tiga hari, bocah mungil itu disiksa dan diperkosa secara bergantian.
Ayahnya Asifa, Mohammad Yusuf Pujwala, sempat lapor polisi. Mereka juga mencari ke kuil tersebut. Si penjaga kuil, Sanji Ram, mengunci semua pintu. Dia bersikukuh bahwa tidak ada anak kecil di dalamnya.
Padahal, Asifa disembunyikan di bawah meja dalam kondisi kelaparan. Tubuh mungilnya ditutupi tikar plastik. Sebelum dibunuh, seorang pelaku mengaku memerkosanya untuk kali terakhir.
Hidup bocah malang itu lantas diakhiri dengan cara dicekik. Tak puas, salah seorang pelaku memukul kepalanya dua kali dengan batu. Tubuhnya digeletakkan begitu saja di dekat hutan kota Kathua, Negara Bagian Jammu dan Kashmir.
Pada 17 Januari, jenazah Asifa ditemukan. Dia tergolek dengan tubuh membiru dan mata setengah terbuka. Bercak darah di baju ungu yang dikenakannya telah menghitam. Keluarganya hanya bisa menangisi kepergian gadis cantik tersebut.
Asifa adalah penduduk muslim dari suku Bakarwal yang nomaden. Selama ini penduduk Kathua mayoritas beragama Hindu dan membenci Bakarwal. Dengan membunuh Asifa, mereka ingin agar Bakarwal menjauh dari Kathua.
Warga Kathua dan sekitarnya malah membela para pelaku. Saat polisi mengajukan kasus tersebut ke pengadilan Senin (9/4), rombongan para pengacara mencoba menghalangi. Mereka menganggap kasus itu tidak layak disidangkan karena ada penyidik yang muslim.
Padahal, polisi memiliki bukti fisik, pengakuan, tes DNA, dan keterangan lebih dari 130 saksi yang menguatkan dakwaan untuk para pelaku. Rabu (11/4) giliran ibu-ibu mengadakan aksi mogok makan dan menutup jalan menuntut para pelaku dibebaskan. Mereka juga mengancam akan melakukan aksi bakar diri.
Tapi, perlawanan terhadap kekejian memang tak mengenal sekat agama. Kelompok yang terdiri atas gabungan warga muslim dan Hindu justru mengecam pemerkosaan tersebut. Mereka menuntut pelaku dihukum seberat-beratnya agar kasus serupa tak terulang.
Tagar #JusticeForAsifa dan semacamnya bertebaran di dunia maya. Para artis dan tokoh kenamaan memajang foto Asifa dan meminta keadilan untuknya. ”Keadilan harus ditegakkan, seberat-beratnya dan secepatnya,” cuit aktor Bollywood Akshay Kumar.(sha/c22/dos)