Rusia Tuding Trump seperti Hitler Kedua
AS, Inggris, Prancis Serang Syria dengan 76 Misil Presiden Syria Tetap Masuk Kantor
DAMASKUS – Misi tercapai. Begitu klaim Presiden Amerika Serikat Donald Trump lewat akun Twitter pribadinya kemarin pagi WIB (14/4), beberapa jam setelah militer AS melontarkan puluhan misil Tomahawk ke Syria J
Agresi ini hanya akan meningkatkan kebulatan tekad Syria dan rakyatnya untuk terus memerangi dan menghancurkan terorisme di setiap jengkal wilayah di negara ini.” BASHAR AL ASSAD Presiden Syria
AS dibantu dua sekutunya, Inggris dan Prancis. Serangan tersebut bertujuan menghancurkan stok senjata kimia Syria. Sebagai respons atas serangan senjata kimia oleh rezim Presiden Syria Bashar Al Assad di Douma, Eastern Ghouta, pada 7 April lalu yang menewaskan sekitar 70 warga sipil.
Berdasar paparan Direktur Staf Gabungan Pentagon Letjen Kenneth McKenzie, 76 misil menghantam Scientific Studies and Research Center di Distrik Barzeh, Damaskus. Sebanyak 57 misil di antaranya adalah Tomahawks. Target berhasil dihancurkan.
Gudang senjata kimia Himshun Sar, dekat Homs, dihujani dengan 22 senjata dari AS, Inggris, dan Prancis. ”Selain itu, ada tujuh misil Scout yang sukses menghancurkan fasilitas bungker dan Pos Komando Himshun Sar,” papar McKenzie.
Skala serangan kali ini dua kali lebih besar jika dibandingkan dengan serangan serupa April tahun lalu. Saat itu AS membalas serangan senjata kimia di Khan Sheikoun dengan mengirimkan 59 misil. Kala itu senjata kimia yang dijatuhkan pasukan Syria telah menewaskan 80-an orang.
McKenzie menegaskan, tidak ada satu pun pesawat maupun misil yang berhasil dihalau sistem pertahanan Syria. Dengan kata lain, serangan itu sukses besar. Pernyataan tersebut disampaikan untuk menjawab klaim Rusia bahwa Syria telah berhasil menghalau sebagian besar misil AS dan sekutunya.
”Untuk saat ini, kami belum tahu apakah ada koban jiwa dari penduduk sipil,” terangnya. AS sebelumnya menegaskan bahwa serangan dilakukan sepresisi mungkin agar tak ada warga sipil yang sampai menjadi korban.
Dikabarkan, tiga orang terluka gara-gara serangan di gudang senjata Himshun Sar. Reuters melaporkan, serangan juga terjadi di pangkalan udara Al Shirai di Al Dimas, Damaskus. Misil juga mendarat di Masyaf, gudang senjata di timur wilayah Qalamoun dan Kisweh.
Juru Bicara Pentagon Dana White menegaskan, Rusia memang berusaha membalikkan opini publik terkait dengan serangan tersebut. Baik itu secara langsung maupun di dunia maya. ”Ada kenaikan troll (pasukan cyber, Red) Rusia sekitar 2 ribu persen selama 24 jam terakhir,” tegas White.
Rusia yang merupakan sekutu Syria langsung berang dengan serangan tersebut. Wakil Ketua Komite Pertahanan Duma Alexander Sherin menyebut Trump sebagai Adolf Hitler kedua. Hitler, seperti diketahui, adalah pemimpin Nazi Jerman yang bertanggung jawab atas tewasnya 6 juta warga Yahudi.
Sherin menambahkan, yang kian menambah kemiripan Trump dengan Hitler, serangan ke Syria itu dilakukan di waktu yang sama dengan saat Nazi menyerang Uni Soviet pada Perang Dunia II. Yakni pukul 04.00 waktu Rusia.
Sedangkan Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluarkan pernyataan bahwa dirinya sangat mengecam tindakan AS, Inggris, dan Prancis itu. Dia berjanji melakukan pembalasan seandainya ada pasukan Rusia yang terkena.
Adapun Presiden Syria Bashar Al Assad menanggapi dengan santai serangan AS dan dua sekutunya itu. Kemarin pagi dia tetap masuk kantor seperti biasa. Tepat pukul 09.00. Juga mengunggah video mengenai aktivitasnya kemarin pagi.
”Agresi ini hanya akan meningkatkan kebulatan tekad Syria dan rakyatnya untuk terus memerangi dan menghancurkan terorisme di setiap jengkal wilayah di negara ini,” kata Assad dalam sambutan resminya.
Putin menyerukan agar segera digelar pertemuan di DK PBB. Pertemuan masih berlangsung di markas besar PBB di New York sampai berita ini selesai ditulis.
Sebelum Pentagon memberikan pernyataan, Rusia sudah melakukan konferensi pers. Negeri Beruang Merah itu juga mengklaim bahwa serangan AS tak sepenuhnya sukses.
Sebanyak 71 misil berhasil dihalau pasukan pertahanan udara Syria. Dilansir Al Jazeera, Syria menggunakan sistem pertahanan misil S-125, S-200, serta 2K12 Kub dan Buk untuk menghancurkan Tomahawk milik AS dan sekutunya. ”Rusia telah memulihkan sistem pertahanan udara Syria sepenuhnya dan kami terus meningkatkannya selama enam bulan ini,” ujar Kolonel Jenderal Sergei Rudskoi dalam konferensi pers kemarin.
Rusia mengakui bahwa sebagian lokasi yang diserang AS, Inggris, dan Prancis hancur. Foto-foto bangunan yang luluh lantak berseliweran di dunia maya. Mereka mengancam akan mengirimkan sistem pertahanan antimisil S-300 ke Syria jika situasi tetap tak terkendali.
Sementara itu, kantor berita
Sana di Syria menyebut tindakan AS sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional. Syria yakin bahwa agresi yang dilakukan negara-negara Barat akan gagal.
”Serangan ini menjadi ancaman atas perdamaian dan keamanan internasional secara keseluruhan,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Syria seperti dikutip
Syrian Arab News Agency.
Sekutu Syria lainnya, yaitu Iran, melontarkan hal serupa. Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam serangan itu. Dia menyebut AS tak akan mendapatkan apa-apa seperti saat menyerang Iraq dulu.
Di pihak lain, dukungan untuk serangan itu datang dari sekutusekutu AS. Turki dan Jerman memastikan diri berada di pihak AS. Kanselir Jerman Angela Merkel menyebut semua bukti penggunaan senjata kimia mengarah ke rezim Assad. Merkel juga mengkritik keputusan Syria memblokir penyelidikan independen yang akan dilakukan DK PBB.
Dalam pidatonya, PM Inggris Theresa May menegaskan bahwa itu bukan soal ingin ganti rezim atau semacamnya. Tapi, mereka menentang penggunaan senjata kimia. (sha/c11/ttg)