Jawa Pos

Cerita Minggu

-

Sayang, aku bawa nama kamu saat doa abis Subuhan tadi... LADIES, kalau kalian menerima rentetan pesan penuh perhatian seperti itu dari pria yang baru dikenal lewat media sosial (medsos), jangan keburu ge er

Justru sebaiknya hati-hati. Sebab, jangan-jangan Anda tengah jadi incaran kelompok penipu dan pemeras. Yang beraksi sambil rebahan di lantai kusam atau jongkok di pojokan sel penjara mereka.

Sekelompok narapidana di Lapas Jelengkong sudah mempraktik­kan itu. Berawal dari rayuan maut, 89 perempuan –bahkan polisi menduga bisa sampai ratusan– tertipu. Sampai akhirnya bersedia melakukan video call tanpa busana.

”Saya diajari rayuan maut yang bisa membuat perempuan kelepek-kelepek,” kata GL, salah seorang pelaku, saat ditemui Jawa Pos di Polrestabe­s Bandung.

Polisi sudah menetapkan tiga tersangka dalam kasus itu: Iqbar Destevanti­o alias Mencos, 25; Jamjam Nurjaman alias Ijam, 30; dan Febri Andriana alias Ape, 29. Adapun GL sampai dengan kemarin masih berstatus saksi.

Tapi, apa yang dialaminya bisa menggambar­kan cara kelompok napi itu bekerja dari dalam bui. ”Saya baru beberapa bulan di Lapas Jelengkong. Pindahan lapas lainnya,” ujar narapidana penculikan anak itu.

Di tempat barunya tersebut, GL mengaku dipaksa Ijam, si kepala kamar, untuk ikut melaku- kan penipuan. Dia dibekali dua handphone alias telepon seluler (ponsel). ”Tapi, handphone ini hanya alat, saya diajarinny­a cara mengumpulk­an data identitas untuk menipu. Ini yang paling penting, identitas, sistem kerja, dan perusahaan harus sinkron,” tutur lelaki berusia 25 tahun itu.

Jadi, sebenarnya para napi itu sudah memiliki bank data profil lelaki pancingan yang ganteng dan benar-benar bekerja di lokasi yang jauh. Misalnya, di pertambang­an atau pelayaran.

Kanit PPA Polrestabe­s Bandung Ipda Dhenia Istika Dewi menuturkan, ada empat blok di penjara Jelengkong. Per blok terdiri atas 16 kamar. Di tiap kamar ada 13 hingga 15 orang.

Dhenia menduga, dalam setiap kamar itu, 8 hingga 10 napi melakukan kegiatan yang sama. ”Mereka menjadi penipu merayu perempuan,” tuturnya.

Para perempuan yang diincar, lanjut Dhenia, dipilih secara acak di medsos. Latar belakang pekerjaann­ya pun beragam. Ada yang lajang, ada pula yang ibu rumah tangga. Untuk menarik perhatian para korban itu, digunakanl­ah foto lelaki pancingan. Cara menemukan lelaki pancingan? Menurut GL, kepala kamar mengajari agar masuk berbagai komunitas di internet.

Dia pun mengikuti sekitar 20 komunitas. Di antaranya, komunitas pelaut dan pertambang­an. ”Saya dapat akun DD dan YF . Keduanya benar-benar kerja di pelayaran,” tuturnya.

Setelah mendapat identitas lelaki pancingan itu, dibuatlah akun media sosial dengan menggunaka­n nama tersebut. Kemudian dipilihkan calon korban. ”Saya mendekatin­ya berharihar­i,” tuturnya.

Menurut GL, di selnya di Jelengkong yang diisi 13 orang itu, 10 orang melakukan hal yang sama. Mencari duit dengan menipu para perempuan di dunia maya.

Uang para korban dikirimkan ke nomor rekening yang telah disiapkan. Sebagai bukti, si napi pelaku meminta foto bukti resi transfer uang. Selanjutny­a, resi itu diberikan kepada kepala kamar.

Kepala kamar bertugas mengirimka­n resi itu kepada kepala blok napi dengan derajat tinggi di lapas. Kepala blok itu bekerja sama dengan orang luar, baik keluarga maupun kerabatnya, untuk mengambil uang tersebut. ”Hasil penipuan saya seminggu bisa mencapai Rp 30 juta,” ujarnya.

Jumlah itu merupakan ratarata hasil penipuan satu orang napi. Namun, pernah ada rekor pendapatan napi yang sampai saat ini belum terpecahka­n. Yakni, salah seorang napi yang sudah bebas berinisial R yang dalam seminggu mampu mendapat Rp 250 juta.

Namun, kendati hasil penipuanny­a besar, para napi tersebut ternyata hanya mendapat bagian Rp 800 ribu setiap pekan.

”Saya menerima saja berapa yang diberi, yang penting di kamar bisa tenang. Tidak diganggu dan tidak dipukuli,” ujarnya.

Akibat kasus itu, Pelaksana Tugas Kalapas Jelengkong Rosidin digusur. Dia dimutasi menjadi kepala bidang keamanan, kesehatan, dan perawatan narapidana dan tahanan. Andi Mohammad Syarif dari Lapas Cirebon ditunjuk sebagai pengganti.

Kapolresta­bes Bandung Kombespol Hendro Pandowo menuturkan, pengungkap­an kejahatan itu tidak hanya bertujuan menghukum. Tapi, juga menyelamat­kan banyak pihak.

Pertama, 89 korban perempuan yang telah ditipu. Kedua, Kementeria­n Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum dan HAM). Sebab, dengan terkuaknya kasus itu, perbaikan bisa dilakukan.

Selanjutny­a, yang diselamatk­an adalah anggota masyarakat. Setidaknya bisa lebih berhatihat­i. Misalnya, ketika ada pria yang baru dikenal di medsos siang malam membombard­ir perhatian berlebihan. Yang lantas diakhiri pertanyaan, ”Sudah siap nikah, belum?” (idr/c10/ttg)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia