Jawa Pos

Bundaaa, Mana Uangnya, Aku Pinjam Dulu

-

BERBAGAI cara digunakan narapidana penipu untuk bisa mendapatka­n video bugil sebagai senjata memeras korban

Senjata paling maut memang membicarak­an soal pernikahan, dibumbui dengan perhatian tiap waktu dan video serta foto yang menyentuh perasaan.

Seperti dari chat nomor WA

0823214700­35 milik salah seorang dari tiga tersangka yang didapatkan Jawa Pos. Misalnya, dalam WA itu tertanggal 5 Maret pukul 02.50, pelaku mengirim pesan ”Bangun, bangun, bangun, bangun, bangun.” Chat tersebut baru dibalas oleh korban dengan ”Aku gak percaya kamu.” pada pukul 04.30.

Pada pukul 05.18, tersangka membalas dengan pesan,”Sayang maksudnya apa?” Dalam chat

selanjutny­a, pukul 07.59, pelaku memanggil-manggil korban,” Bundaaa, bundaaa.” Balasannya baru pada pukul 09.31, ”Nanti aja Yah...Bunda mau ke sekolahan lagi...”.

Tidak lama, tersangka itu membalas: nanti kalau ada telepon dari kantor ayah, tolong sempatkan waktu sebentar ya. ”Iya ayah,” jawab korban, yang lalu dibalas pelaku dengan berterima kasih.

Hari selanjutny­a, pukul 09.37, giliran korban yang meminta chat. ”Ayah sibuk gak? Ayo chat?”

yang tentu dibalas pelaku. ”Ngga

kok, ok.” Saat itulah korban lalu menyebut, ”Kapan nikahnya, ayah pengin pernikahan­nya gimana? Sederhana atau dibesarbes­arin?” tanyanya.

Saat itu, pelaku menjawab bahwa pernikahan sederhana saja. Tapi, ternyata korban menjawab, ”Tapi bunda penginnya gak sederhana, gimana?” ujarnya dalam WA tersebut.

Saat itu pelaku langsung men- jawab dengan,”Memangnya mau gimana?”

Korban menjawab, karena itulah dia tak bisa nikah cepat-cepat. ”Keluarga dan saudara-saudara banyak,” tuturnya. Pelaku kemudian membalasny­a dengan seakan-akan akan membiayai semuanya.

”Kan ada aku,” tuturnya. Tapi, saat itu pula, pelaku meminta agar korban membantu membayar utangnya. ”Bundaaa,

mana uangnya, aku pinjam dulu.” Terlihat juga ada emoticon marah.

Chat itu dibalaslah oleh korban dengan meminta pelaku untuk meminjam ke kawannya. ”Cobalah kamu pinjem temen atau saudara kamu,” ujarnya.

Tapi, saat itu pula pelaku menyinggun­g soal adanya perhiasan. ”Tadi, katanya ada perhiasan, berapa harganya,” tanyanya, lalu dijawab korban dengan tidak cukup.

Ketika korban bersikeras tak punya uang, mulailah jurus keras dikeluarka­n.

Pelaku mengirim foto dan video bugil korban. Dilanjutka­n dengan ancaman kalau tidak mengirim uang akan diunggah foto-foto itu ke internet.

Pelaku mengirim pula foto-foto desa tempat tinggal korban. Yang kemungkina­n diambil dari Google Earth. ”Ini desa kamu tuh, foto foto bugilmu kutempel di setiap sudut itu,” ancamnya.

GL, saksi sekaligus napi, menuturkan, untuk menaklukka­n hati korbannya, setiap saat perhatian melalui media sosial diberikan. ”Tanya tiap hari, sudah makan belum. Lalu kirim foto yang emosional, saya kirim foto yang sedang sama anak-anak,” paparnya.

Terkadang juga dikirim foto yang terlihat sedang berada di lautan. Ada juga foto yang sedang di mobil Pajero Sport, sedang memegang senjata. ”Itu saya kirim ke korban untuk meyakinkan, saya ini asli bukan akun palsu. Kan saya mengakunya jadi pelaut,” urainya.

Setelah mau pacaran via internet, akhirnya telepon dan chat mulai menjurus ke hal-hal mesum. Agar kemudian bisa melakukan video call mesum.’’Ya, lebih banyak telepon kalau membicarak­an soal yang mesum itu.”

Ika, salah seorang perempuan yang nyaris jadi korban, menyebutka­n sempat ada orang bernama Aldyan Saputra yang mendekati dirinya. Dia menuturkan, Aldyan ini mengaku kerja di sebuah perusahaan minyak.

”Dia lihat FB (Facebook) dan meminta nomor WA,” ujarnya.

Salah satu yang membuatnya trenyuh, Aldyan yang di foto profilnya sedang bermain golf ini menceritak­an soal keluargany­a. Ayahnya telah meninggal, ibunya tinggal sendirian. ”Dia mengaku anak tunggal dan bekerja untuk membantu ibunya,” tuturnya.

Namun, lama-kelamaan akun palsu itu meminta uang Rp 8 juta. ”Itu karena dia mau cuti dan ketemu saya. Saya sejak awal sudah curiga dan tidak mau memberikan uang. Saya juga enggak mau video call diminta gak pakai busana,” tuturnya.

Psikolog klinis forensik A. Kasandra Putranto menyebut ada beberapa penyebab sehingga perempuan bisa begitu percaya terhadap seseorang, lantas mengirim foto atau video dirinya tanpa busana. ’’Ini masalah kecerdasan intelektua­l, sosial, emosional, dan pendidikan,’’ tuturnya kemarin (14/4). (idr/wan/c17)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia