Jawa Pos

Beberapa Hari Sudah Bisa Mainkan Lagu Jaran Goyang

Dua Pekan Mahasiswa Asing Tinggal di Banyuwangi Sudah dua pekan lamanya mahasiswa dari 12 negara yang tergabung di program Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI) tinggal di Banyuwangi. Melalui tangan dingin pelatih Subari Sofyan, mereka mulai menguasai beb

- FREDY RIZKI, Banyuwangi

GEMA suara gamelan terdengar mengalun kencang di halaman penginapan Wisma Atlet Banyuwangi. Tempat itu berada tidak jauh dari kompleks Gelanggang Olahraga (GOR) Tawang Alun.

Sekilas suara alunan nada itu tidak jauh berbeda dengan nada yang muncul setiap dihelat pergelaran budaya lokal. Namun, ketika didengarka­n lebih dalam, masih ada suara ketukan yang kurang halus.

Benar saja. Ternyata suara musik itu berasal dari tangan 12 mahasiswa asing. Mereka tengah berlatih musik tradisiona­l Suku Oseng di halaman Wisma Atlet. Meski terlihat belum mahir benar, mereka sangat bersemanga­t berlatih.

Bahkan, saat beberapa orang mulai mengerumun­i mereka, para mahasiswa itu tidak ada satu pun yang kelihatan gugup. Lagu-lagu daerah populer, misalnya Padang Ulan, Impen-impenen, dan Jaran Goyang, terdengar dimainkan dalam latihan itu. Ada salah seorang mahasiswa asing yang menggunaka­n alat musik saksofon dan mengiringi alat musik tradisiona­l, antara lain saron, kenong, patrol, dan gong.

Materi latihan hari itu, menurut penanggung jawab Sanggar Sayu Gringsing Subari Sofyan, adalah yang kesekian dicobakan kepada para mahasiswa tersebut. Sebagai anak-anak muda yang tidak tahu sama sekali budaya Banyuwangi, perkembang­an Giovano Sondakh, Junior Toffi, Custodio dos Santos e Silva, Yui Moriya, Nelly Ivanova, Mohammad Farhan Zeb Khan, Leng Leakena, Hazirah Nur Fatihah Rosli, Sorif Awaekuechi, dan Mimi Azianty Alihab ternyata cukup mengesanka­n.

Sudah ada dua materi tari dan satu materi lagu yang dipelajari. Ditambah lagi, beberapa kosa kata bahasa Oseng yang sudah mereka kuasai. Setiap hari semua mahasiswa diberikan materi tentang musik, tari, budaya, dan bahasa. ’’Aktivitas kami mulai pukul 07.00. Setelah olahraga ringan dan sarapan, pukul 09.00 hingga pukul 11.00 kami beri materi musik. Kemudian, pukul 13.00 hingga pukul 15.00 materi bahasa dan budaya. Terakhir pada sore pukul 16.00 hingga pukul 17.00 ada materi tari. Mereka juga kami beri waktu remidi pukul 18.00 hingga malam,’’ terang seniman yang tinggal di Kelurahan Kampung Melayu itu.

Alat musik, mulai angklung, saron, slentem, patrol, jidor, gong, hingga terbang, mulai bisa dimainkan para mahasiswa dengan baik. Kemudian, tari-tarian, seperti tari gandrung dan sinar udara, juga mulai bisa dikuasai. Subari menilai, ada minat yang cukup besar dari para mahasiswa itu untuk berlatih.

Jadi, kata dia, meski mengajari mereka dari nol, hal tersebut terasa tidak terlalu berat karena diiringi minat yang tinggi. ’’Secara teknik, mereka ini sudah bagus,’’ terang Subari.

Sementara itu, Yui Moriya, mahasiswa asal Jepang, mengatakan bahwa salah satu hal yang cukup sulit adalah bahasa Oseng. Apalagi, Yui belum mahir berbahasa Indonesia. Dia juga mengatakan, awalnya cukup sulit menyesuaik­an dengan makanan Banyuwangi. Sebab, di negara asalnya jarang ada makanan pedas danberminy­ak.’DiJepang,sayatidakm­akan makanan berminyak. Tetapi, di sini saya suka tahu walik,’’ ujarnya dengan bahasa Indonesia terbata-bata.

Arzu Muradova, mahasiswi dari Azerbaijan, mengatakan bahwa tiga hari pertama merupakan masa paling sulit bagi dirinya. Sebab, dia harus mempelajar­i beberapa kebudayaan yang benar-benar berbeda. ’’Tapi, setelah itu, semuanya mulai terbiasa. Cuma saya tidak bisa makan pedas. Jadi harus membawa kecap manis ke mana-mana,’’ tegasnya. (bay/c4/end)

 ?? FREDY RIZKI/JAWA POS RADAR BANYUWANGI ?? KUASAI MUSIK TRADISIONA­L: Belasan mahasiswa asing program BSBI berlatih gamelan di Wisma Atlet Banyuwangi.
FREDY RIZKI/JAWA POS RADAR BANYUWANGI KUASAI MUSIK TRADISIONA­L: Belasan mahasiswa asing program BSBI berlatih gamelan di Wisma Atlet Banyuwangi.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia