Sempat Cegah Suami yang Hendak Bunuh Diri
Menjadi pembunuh, apalagi korbannya adalah suami sendiri, tak pernah ada dalam benak Desi Ayu Indriani. Tapi, lara hati ditinggal selingkuh serta suami yang minta dibunuh sembari tak putus menumpahkan caci maki membuat ibu dua anak itu gelap mata. MIRZA AHMAD
SABTU dini hari, 24 Maret, menjadi momen perubahan besar dalam hidup Desi. Tanpa disadari, dia telah merenggut nyawa suaminya, Fendik Tri Oktasari di kediaman mereka di kawasan Sawah Gede, Kedurus. Akibatnya, dia harus hidup terpisah dari dua buah hatinya yang masih berusia 9 tahun dan 15 bulan. Desi tinggal di sel sementara di ruang penyidikan Unit Reskrim Polsek Karangpilang.
Saat ditemui Jumat malam (13/4), perempuan 26 tahun itu mengaku senang. Sebab, Desi baru saja dibesuk sanak saudaranya. Juga anak bungsunya yang masih berusia 15 bulan. Untung, keluarganya kerap berkunjung bersama si bungsu. Kalau dihitung, hanya 2–3 hari dalam seminggu keluarganya absen berkunjung.
Dengan mengenakan daster pendek hitam bermotif batik putih dan celana pendek selutut yang berwarna biru donker, Desi lebih banyak terdiam. Raut mukanya datar. Tak berubah meski ditanyai tentang detik-detik saat dirinya menghabisi nyawa suaminya. ”Jangan, Mas, kepala saya nggliyeng kalau ingatingat kejadian itu lagi,” katanya sembari terus memandang lantai.
Namun, setelah dipancing soal kondisi anak sulungnya di Sidoarjo, akhirnya Desi luluh. Yang dia rasakan di balik jeruji besi hanya kesepian. Banyak yang tak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata. Misalnya soal kegembiraan si sulung saat dibelikan sepatu, deker, dan kaus kaki futsal. Dia sedih karena tak bisa melihat kegembiraan itu
”Saya kangen anak saya yang pertama. Dia yang paling berani,” ucapnya dengan mata berkacakaca. Desi tahu pasti bahwa putra sulungnya itu merekam seluruh adegan pembunuhan Fendik dalam memorinya. Termasuk pertengkaran Desi dengan Fendik. Sebab, si anak tahu persis saat ibunya termenung di depan mayat ayahnya yang tergantung sejak tengah malam hingga subuh. Bocah itu juga tahu ketika sang ayah bertelepon mesra dengan perempuan lain beberapa kali sebelum pertengkaran hebat yang berujung pembunuhan tersebut.
Perselingkuhan memang menjadi pemicu pertengkaran Desi dengan Fendik. Jumat sekitar pukul 22.00 Fendik minta dibelikan pulsa. Desi menurut dan keluar. Tapi, karena uang belanja nyaris habis, dia berbohong dan mengatakan bahwa konter pulsa tutup. Fendik marah. Dia meminta uang dan mencari pulsa sendiri. ”Terpaksa saya kasih uang Rp 7.000,” jelas Desi.
Saat suaminya pergi, dia membaca diary Fendik yang tercecer di ruang keluarga. Di situ, Fendik kerap mencurahkan isi hatinya. Termasuk soal dengan siapa dia menghabiskan malam saat membohongi Desi. ”Saya ingat, dia pernah pura-pura jual burung hantu ke Malang, padahal menginap dengan S,” katanya. Dari buku itu, Desi juga tahu bahwa Fendik baru saja diputus selingkuhannya.
Setelah suaminya kembali ke rumah, pertengkaran terjadi. Fendik meminta maaf. Karena merasa bersalah, pria 27 tahun itu berinisiatif bunuh diri dengan seutas tali. Tapi, Desi mencegahnya. Menurut Desi, pertengkaran tersebut merupakan kejadian kedua. Pada 2015, Fendik juga ketahuan berselingkuh dengan E. Bahkan, keluarga besar E sempat mendatangi Desi untuk meminta maaf.
Fendik kerap mengalami perubahan suasana hati dengan cepat. Saat pertengkaran terjadi, Desi mengetahui bahwa suaminya benar-benar sedang depresi. Pemicunya, S meminta putus. Di sisi lain, perselingkuhan itu terbongkar di hadapan sang istri. Desi tak heran jika suaminya berniat bunuh diri.
Pertengkaran suami istri itu berubah cepat menjadi arena maut. Fendik tiba-tiba mengambil palu, lalu memukulkannya ke bagian kanan kepalanya sendiri. ”Wes gak ono gunane aku urip,” ujar Desi, menirukan kata-kata terakhir suaminya. Perempuan asli Surabaya itu segera merebut palu tersebut. Dia mencegah suaminya menyakiti diri sendiri.
Fendik memanfaatkan situasi itu. Dia balik mancaci maki istrinya. Terutama mengungkit kesalahan istrinya di masa lalu. Dia memancing Desi agar segera menghabisi nyawanya. Gayung bersambut. Pertama, Desi memukulkan palu ke bagian kanan kening Fendik. ”Kurang banter, nggak iso nggepuk ta awakmu?” tiru Desi lagi. Perempuan yang dipacari Fendik sejak 2005 itu akhirnya kalap. Dia lantas memukulkan palu ke bagian belakang kepala suaminya. Fendik lantas tersungkur tak sadarkan diri. (bersambung/*/c11/any)