Jawa Pos

Frontage Ahmad Yani Jadi Jalur Mematikan

Sudah 17 Nyawa Melayang

-

SURABAYA – Frontage road Ahmad Yani sisi barat kini menjadi jalur paling mematikan. Sejak diresmikan akhir 2016 hingga April ini, sudah ada 17 nyawa yang melayang sia-sia di jalur tersebut. Angka kecelakaan di jalur itu mengalahka­n Jalan Mastrip yang sebelumnya menjadi jalur paling mematikan di Kota Pahlawan.

Berdasar data Satlantas Polrestabe­s Surabaya, ada tiga jalur tengkorak pada 2018. Yaitu,

frontage road A. Yani sisi barat, Jalan Mastrip, Jalan Ir Soekarno, dan Jalan Tambak Osowilangu­n. Masing-masing jalan memiliki karakter kecelakaan sendiri-sendiri

(selengkapn­ya lihat grafis).

Salah satunya frontage roadJalan A. Yani. Jalan sepanjang 4,3 km itu termasuk jalan lebar yang bisa ditemui di Surabaya. Setelah melewati jalurbottl­eneck di Bundaran Waru, para pengendara hampir dipastikan memacu kendaraan melewati

frontage road sisi barat. ’’Pasti langsung memacu motor di atas 50 km/jam. Lega kali ya,’’ kata Kasatlanta­s Polrestabe­s Surabaya AKBP Eva Guna Pandia.

Kondisi psikologis itulah yang tengah disoroti pihak kepolisian. Para pengendara cenderung

ngebut setelah melalui jalur

bottleneck yang padat. Terlebih,

frontage road sisi barat punya lebar jalan mencapai 17,5 m. Para pengendara abai terhadap rambu. Padahal, batas kecepatan yang diizinkan untuk melewati jalan tersebut hanya 40 km/jam.

Selama 2017 ada dua black spot atau titik rawan di frontage Ahmad Yani. Yakni, di ruas Apotek Kimia Farma–Hotel Papilio dan Kompleks Pusat Veteriner Farma (Pusvetma)–Royal Plaza. Jalur tersebut ditandai karena menjadi titik yang mematikan.

Lima nyawa melayang di titik tersebut. Penyebabny­a adalah memotong lajur dari Jalan Ahmad Yani menuju frontage barat. Data tersebut menunjukka­n bahwa banyak pengendara yang memaksakan diri menyeberan­g ke arah Gayungan dan Ketintang secara ekstrem.

Yang lebih mengerikan, sejak Januari hingga 8 April jalan tersebut telah merenggut enam nyawa dalam 36 kali kecelakaan. ’’Kebanyakan mereka ingin langsung menyeberan­g ke gang-gang di pinggir jalan,’’ jelas Kanitlaka Lantas Satlantas Polrestabe­s AKP Bayu Halim Nugroho yang sementara ini merangkap jabatan sebagai Kaurpamwal Spripim Polda Jatim.

Menyikapi hal tersebut, Pandia sebenarnya menjalanka­n program pemisahan kendaraan roda dua dan roda empat sejak di hulu frontage barat di dekat City of Tomorrow. Namun, kebanyakan pengendara tetap melewati jalur cepat khusus mobil di Jalan A.Yani saat siang hingga dini hari. ’’Kami juga sudah menindak dan mengimbau dengan berbagai cara. Tapi, apa daya kalau masyarakat tetap tidak menyadari,’’ jelas Pandia.

Sebenarnya sudah ada rambu peringatan rawan kecelakaan di sepanjang frontage A. Yani. Namun, belum ada rambu atau markah yang memperinga­tkan pengendara agar tidak langsung memotong lajur dari Jalan A. Yani ke frontage.

Selain itu, pemasangan dua speed trap di depan Universita­s Bhayangkar­a dan di depan SMA Kemala Bhayangkar­i 1 justru jadi blunder. Sebab, banyak pengendara motor yang terganggu dengan getaran yang dihasilkan pita penggaduh itu saat melewatiny­a. Jawa Pos

sering kali menemukan botol air minum atau kotak makanan milik pengendara yang jatuh saat melewati area tersebut. Bahkan, korban yang jatuh akibat gagal mengendali­kan motor di kawasan itu tidak terhitung. (mir/c15/eko)

 ?? AHMAD KHUSAINI / JAWAPOS ?? RAWAN KECELAKAAN: Dua motor bertabraka­n di pertigaan pertemuan jalan frontage road sisi barat Ahmad Yani dengan Jalan Gayung Kebonsari .
AHMAD KHUSAINI / JAWAPOS RAWAN KECELAKAAN: Dua motor bertabraka­n di pertigaan pertemuan jalan frontage road sisi barat Ahmad Yani dengan Jalan Gayung Kebonsari .

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia