185 Jiwa Mengungsi, Longsor Masih Mengancam
PENAJAM – Bangunan yang longsor di Desa Telemow, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kaltim, bertambah. Hingga Minggu sore (15/4), tercatat ada 23 bangunan di RT 06 dan RT 07 yang telah runtuh. Sebanyak 185 jiwa terpaksa mengungsi.
Longsor di desa itu terjadi sejak Rabu (11/4). Longsor bertambah parah pada Jumat pagi (13/4) akibat hujan dengan intensitas tinggi. Hujan yang terjadi sejak pukul 07.00–11.00 Wita tersebut membuat rekahan tanah yang memanjang di tebing semakin lebar hingga akhirnya berdampak pada rumah di atasnya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) terpaksa merobohkan tiga bangunan lagi yang membahayakan apabila dibiarkan. Terdiri atas dua unit tempat tinggal dan satu musala. ’’Pada Sabtu sore, tiga bangunan yang rawan kami robohkan,’’ kata Kepala Sub Bidang (Kasubbid) Kedaruratan di BPBD PPU Samudri Minggu (15/4).
Jumlah bangunan yang berpotensi terkena dampak lanjutan longsor juga terus bertambah. Jika sebelumnya diprediksi 27 unit, kini menjadi 30 unit. Tetapi, bangunan-bangunan itu sudah tak lagi dihuni. Total 185 jiwa dari 80 keluarga sudah mengungsi. ’’Untuk sementara, mereka tinggal di kediaman sanak famili. Mereka trauma karena hujan terus turun. Ada yang mengungsi ke Petung, Sepaku, dan Pemaluan. Jadi, tak ada yang di posko pengungsian,’’ ucapnya.
Pantauan Kaltim Post (Jawa Pos Group) kemarin, lebar tebing yang longsor mencapai lebih dari 13 meter. Selanjutnya, rekahan yang masih tampak di jalan mencapai 1,5 meter. Karena itu, BPBD selalu mengingatkan warga yang melintas agar berhati-hati.
Kepala Desa Telemow Wakid Santoso menyatakan belum membahas usulan relokasi bersama warga yang menjadi korban longsor. Menurut dia, saat ini desanya masih dalam masa tanggap darurat selama 14 hari. ’’Setelah tanggap darurat selesai, baru kami bahas dengan pertemuan bersama seluruh warga yang menjadi korban longsor,’’ ungkapnya.
BPBD memang berencana merelokasi warga agar tak lagi tinggal di sekitar lokasi longsor. Ada dua opsi yang bisa dipilih. Pertama, merelokasi warga ke Trunen, Desa Bumi Harapan, Kecamatan Sepaku. Di lokasi kampung peternakan sapi tersebut, rencananya dibangunkan 200 rumah sederhana.
Jika warga RT 06 dan RT 07 tak ingin keluar dari Desa Telemow, pilihan lain adalah menggunakan tanah PT ITCI Kartika Utama (ITCIKU) yang berstatus hak guna usaha (HGU) seluas 2 hektare. Letaknya di Desa Telemow yang diusulkan untuk dibebaskan pemerintah desa. ’’Untuk pembebasan lahannya Rp 100 juta–Rp 150 juta. Itu cuma tanah. Kalau yang ingin ada rumahnya, bisa direlokasi di Trunen,’’ terangnya.