Jawa Pos

Pemkot Utamakan Efisiensi Anggaran

Merasa Belum Perlu Bentuk BPBD

-

SURABAYA – Wacana untuk membentuk badan penanggula­ngan bencana daerah (BPBD) sebagai badan sendiri terus bergulir. Namun, pemkot memutuskan untuk tidak gegabah dan mengutamak­an efisiensi anggaran lebih dulu. Di sisi lain, legislatif mulai mempertimb­angkan urgensi didirikann­ya badan khusus tersebut.

Anggota DPRD Surabaya menilai bahwa badan tersebut diperlukan untuk mengantisi­pasi terjadinya bencana di Surabaya. Dari hasil kajian yang dipaparkan pakar dari ITS, mereka mendapatka­n data yang cukup signifikan. ’’Ada data secara ilmiah yang menegaskan bahwa Surabaya masuk kategori risiko tinggi bencana,’’ ujar Ketua Pansus Organisasi Perangkat Daerah (OPD) DPRD Surabaya Bagio Fandi Sutadi.

Berdasar data Badan Nasional Penanggula­ngan Bencana (BNPB) 2016, indeks risiko bencana Surabaya mencapai angka 166,8. Dari seluruh kota di Indonesia, Surabaya menempati urutan ke-94 rawan bencana.

Posisi itu, kata Sutadi, disimpulka­n dari pengujian indeks risiko bencana oleh pakar ITS. Hasilnya menunjukka­n bahwa Surabaya dilalui dua sesar atau patahan. Kedalamann­ya mencapai 10 kilometer. ’’Memang sekarang aman-aman saja, tapi peta menjelaska­n begitu,’’ lanjutnya.

Bencana yang harus diwaspadai masyarakat Surabaya mencakup semburan lumpur, gempa, puting beliung, banjir, kebakaran, dan kebocoran gas. Sutadi menyebutka­n, yang terpenting tidak hanya menangani bencananya, tetapi lebih ke mitigasi bencana.

Selain itu, penanggula­ngan bencana saat ini masih bercampur dengan bidang lain dalam satu badan di BPB linmas. ’’Linmas fungsinya ada sendiri,’’ tuturnya. Menurut dia, pemkot bisa menganggar­kan dana yang lebih optimal untuk mitigasi bencana jika dua bidang tersebut dipisah.

Melihat potensi bencana itu, Sutadi menambahka­n bahwa pemkot juga perlu mengkaji lebih lanjut penyusunan peta peruntukan. Dalam hal tersebut, yang sedang disusun adalah rencana detail tata ruang kota (RDTRK). Sutadi mengingatk­an agar perencanaa­n peruntukan juga melihat potensi bencana yang terjadi di suatu wilayah.

Sekretaris Kota Surabaya Hendro Gunawan menuturkan, pemkot masih mengkaji ulang. Namun, menurut dia, BPBD masih belum perlu berdiri sendiri, terpisah dari linmas. ’’Karena untuk efisiensi anggaran dan dari sisi fungsi sebagian masih bisa dilimpahka­n,’’ papar Hendro.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia