Metode Tindakan Minimal Invasif
Tren Penanganan Saraf Kejepit
SURABAYA – Hernia nucleus pulposus (HNP) atau saraf kejepit menyerang banyak lansia. Penyakit itu terjadi karena bantalan lunak yang berada di antara ruas tulang belakang tertekan. Akibatnya, terjadi penyempitan yang membuat urat saraf terjepit atau nyeri punggung bawah.
”Degeneratif menjadi penyebab paling banyak. Sekitar 50 persen orang di atas 50 tahun jika dilakukan pemeriksaan MRI (magnetic resonance imaging, Red), ada bantalan yang menonjol keluar,” ujar Dr dr Agus Turchan SpBS dalam acara Advanced Interventional Pain Management Workshop kemarin.
Selain degeneratif, penyakit
itu bisa disebabkan trauma setelah kecelakaan. Untuk penanganannya, tidak semuanya harus dioperasi. Pemicunya adalah kurang gerak, mengangkat beban berat, bobot badan berlebih, dan posisi duduk salah. ”Untuk penanganannya, ada berbagai cara,” kata Agus.
Tindakan yang mulai diminati masyarakat adalah metode minimal invasif. Salah satunya discFX percutaneous discectomyannuloplasty-nucleoplasty. Proses penyembuhannya lebih cepat. Pembiusan yang dilakukan juga hanya lokal. Tiga jam setelah tindakan, pasien sudah bisa berjalan. ”Kalau dengan cara konvensional, pembiusan total karena dilakukan pembedahan. Tetapi, ini hanya dengan lubang kecil sudah bisa mengatasi,” lanjutnya.
Meski demikian, tidak semua saraf kejepit bisa disembuhkan dengan cara itu. Hanya pasien yang memiliki stabilitas tulang baik yang diperbolehkan. Sebab, jika kondisi tulang belakangnya tidak stabil, harus dipasang pedicle screw yang membutuhkan pembedahan. ”Metode ini sendiri sudah sangat lazim dilakukan di luar negeri. Tetapi, di Indonesia belum banyak dokter yang melakukannya,” papar Agus.
Karena itu, Divisi Fungsional Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD dr Soetomo mengadakan seminar dan workshop untuk mengajari para dokter spesialis. Mereka diharapkan bisa menangani penyakit tersebut dengan minimal invasif. ”Dokter itu juga harus mengikuti perkembangan zaman. Jika ada alatdanilmubaru,harusmenguasai,” imbuh ketua SMF Bedah Saraf RSUD dr Soetomo tersebut.
Harapannya, para dokter yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia itu bisa menerapkannya di daerah dengan didukung fasilitas yang memadai. Dalam kegiatan tersebut, hadir pula Prof Mariusz Smigiel, seorang ahli asal Polandia. Secara langsung, dia mengajari para dokter cara untuk melakukan disc-FX percutaneous disectomy-annuloplasty-nucleoplasty and SIJ ablation with C-arm guide. Jasad manusia asli yang diawetkan pun digunakan untuk praktik.