Beri Award Guru Pemilik Hukuman Unik
Reuni Ke-25 Tahun SMPK Angelus Custos dan SMAK Frateran
SURABAYA – Gelak tawa memenuhi ballroom Hotel Mercure Grand Mirama Sabtu malam (14/4). Ratusan alumnus SMP Katolik Angelus Custos angkatan 1993–1996 yang juga menamatkan jenjang sekolah menengah atas (SMA) di SMA Katolik Frateran pada 1996–1999 tengah menggelar reuni setelah 25 tahun tak bersua. Game-game seru berupa menirukan gaya khas para guru pun jadi acara yang ditunggu-tunggu.
Rupanya, meski tepat seperempat abad lulus dari sekolah di Jalan Kepanjen tersebut, para alumnus itu tak lantas lupa keunikan setiap guru. Hal tersebut tergambar jelas dari betapa jenakanya kelakuan mereka saat menjiplak gaya para guru. Misalnya, yang dilakukan Peter Suhartono ketika menirukan guru mata pelajaran geografi Asmarahadi.
’’Pak Guru ini suka banget sama akik. Cincin akiknya banyak. Kalau kasih hukuman ke kami, caranya ya jitak kepala kayak gini,’’ ujar Peter sembari menirukan gaya sang guru kala memberikan hukuman ke sahabatnya, Robby Lambeyanto. Keduanya lantas terbahak-bahak yang diikuti gemuruh tawa ratusan kawannya yang melihat.
Ada juga guru yang hobi menarik rambut murid jika dibuat kesal. ’’Itu guru yang rambutnya paling subur sampai tadi (kemarin) dapat
award juga. Kategori guru dengan rambut tersubur pas acara penghargaan,’’ celetuk Yohana Irawan, wakil ketua panitia reuni bertajuk Reunite, Reconnect, Renetworking tersebut. Bahkan, konyolnya lagi, sang guru mendapatkan hadiah rambut palsu.
Acara penghargaan dalam reuni malam itu juga dipenuhi tawa dan memori manis kala meniti bangku SMP-SMA. Kategori-kategori penghargaan dan hadiahnya nyeleneh. Mulai guru dengan hukuman paling unik, guru berambut ’’subur’’, pasangan alumni terlanggeng, hingga guru dengan fashion paling nyentrik. ’’Hadiahnya pomade, wig, piala, sampai peralatan dapur,’’ ujar Yohana.
Dia menuturkan bahwa acara reuni tersebut dipersiapkan selama tiga bulan. Alumni yang sudah menyebar sampai ke luar negeri menjadi tantangan penyelenggaraan reuni perdana itu. ’’Ada yang domisilinya di Balikpapan, Jakarta, Magetan, sampai Australia juga kok. Tapi, karena keinginan kami kuat, semua mau berkumpul,’’ kata Yohana.