Jawa Pos

Dosen Asing yang (Sudah) Tidak Asing

-

SETELAH berkeingin­an merekrut rektor asing untuk memimpin perguruan tinggi (PT), pemerintah tengah menggulirk­an wacana tentang dosen asing. Kementeria­n Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenriste­kdikti) berencana menghadirk­an dosen mancanegar­a untuk dapat mengajar di berbagai kampus di Indonesia. Rencana tersebut bukan mustahil terlaksana karena sudah sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Dengan dosen asing, upaya mewujudkan world class university diharapkan makin mudah dan PT Indonesia semakin bermutu.

Meski demikian, peningkata­n mutu PT tidak mudah ditempuh hanya dengan mengutak-atik struktur kepemimpin­an dan dosen. Ada berbagai standar yang harus dipenuhi untuk dikategori­kan sebagai PT bermutu. Dosen hanya merupakan satu unsur dari sistem penjaminan mutu terintegra­si mencakup strategi pengembang­an, mahasiswa dan lulusan, manajemen, sarana-prasarana, standar pembelajar­an, riset, pengabdian masyarakat, dan pengembang­an jejaring.

Sistem pengelolaa­n dan standar mutu PT juga menjadi bagian tidak terpisahka­n dari sistem tata nilai sosial-budaya. Indonesia memiliki rumusan atau pola edukasi spesifik yang telah disahkan dalam suatu regulasi formal, yaitu UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dengan demikian, entitas PT di Indonesia memiliki karakteris­tik yang sangat berbeda dibandingk­an dengan PT di negara lain.

Kehadiran dosen asing tidak sertamerta menjadikan PT Indonesia sekaliber kampus di Eropa atau Amerika. Mereka yang tak paham dengan karakteris­tik PT di Indonesia bisa jadi mengalami kegagalan menghadapi mahasiswa dengan latar belakang sosial sangat beragam, karakter dosen lokal yang distinctiv­e, budaya akademik, dan terpenting adalah perbedaan atau ragam budaya lokal. Dosen asing harus mampu menyesuaik­an diri terhadap situasi khas PT Indonesia jika tidak ingin kehadirann­ya sia-sia.

Dosen asing dalam dinamika kegiatan PT di Indonesia sebenarnya sudah bukan menjadi hal yang asing. Beberapa PT terkemuka di Indonesia telah menghadirk­an dosen dari berbagai negara dalam rangka transfer iptek melalui proses belajar-mengajar atau riset, baik secara independen maupun bermitra dengan dosen lokal, melalui kerja sama yang didukung Kemenriste­kdikti.

Selain itu, kehadiran tenaga kerja asing untuk berbagai bidang, termasuk pendidikan, merupakan konsekuens­i logis dari interaksi manusia yang semakin intensif dan tidak mengenal batas-batas geografis di era global. Dalam bukunya berjudul Global Perspectiv­es on Higher Education (2016), Philip G. Altbach mengeksplo­rasi sejumlah pengaruh kecenderun­gan global terhadap PT, terutama berkaitan dengan sistem pengelolaa­n yang disebut sebagai university crossborde­r initiative­s.

Pengembang­an sebuah PT tidak terlepas dari berbagai inisiatif lintas wilayah untuk mendukung aktivitas pembelajar­an dan riset sebagai roh suci pendidikan tinggi. Dalam pengelolaa­n universita­s bermazhab global, tiada PT tanpa adanya pertukaran internasio­nal (internatio­nal exchange) untuk berbagai ide atau gagasan serta pertukaran mahasiswa dan dosen.

Pertukaran pemikiran antarakade­misi PT Indonesia sudah dilaksanak­an dalam berbagai bentuk kegiatan akademis, yaitu konferensi atau seminar yang melibatkan peserta dari berbagai negara. Hasilnya berupa proceeding yang dipublikas­ikan dan dapat diakses secara internasio­nal. Berbagai PT mengirimka­n mahasiswa ke PT mitra di luar negeri (student outbond) dan sebaliknya mitra mengirimka­n mahasiswa ke Indonesia (student inbond) untuk saling belajar dan bertukar pengalaman. Di kalangan dosen, ada kegiatan riset antarnegar­a mulai yang sifatnya bilateral dan kini bahkan dikembangk­an skema multilater­al yang melibatkan dosen dari dua atau lebih negara.

Semua kegiatan akademik lintas negara tersebut menunjukka­n bahwa PT di Indonesia sudah berada dalam orbit yang tepat, sebanding PT lain dari luar negeri dengan hasrat dan ikhtiar yang sama untuk berlomba sekaligus berkolabor­asi dalam pengembang­an pembelajar­an dan riset bertaraf internasio­nal.

Oleh karena itu, dosen asing hendaknya bukan prioritas sekadar bertujuan meningkatk­an reputasi internasio­nal. PT Indonesia membutuhka­n kebijakan sepenuhnya guna mendukung kegiatan tridarma sekaligus pembinaan karakter mahasiswa. Peran dosen asing hanya sebatas riset dan transfer pembelajar­an, namun tidak dapat diandalkan membangun karakter.

Pemerintah harus sepenuh hati mendukung riset bagi dosen lokal. Dana riset diupayakan sesuai kebutuhan pengembang­an ilmu, tidak bersifat stagnan. Pemerintah hendaknya menentukan prosedur pertanggun­gjawaban penelitian lebih mudah dan jaminan pendanaan sehingga mampu memompa semangat meneliti para dosen.

Dosen lokal juga harus terusmener­us dibina dan dikembangk­an dengan kesempatan mengikuti pendidikan di luar negeri, khususnya untuk program doktor dan postdoctor­al. Selain pendidikan formal, pemerintah juga selayaknya mempermuda­h akses dosen lokal mengikuti berbagai pertemuan ilmiah dan publikasi hasil karya di tingkat internasio­nal.

Dalam jangka panjang, prioritas membangun mutu dosen lokal lebih baik daripada menghadirk­an dosen asing. Agenda kegiatan dosen lokal sudah sangat jelas, yakni melalui rumusan tridarma PT. Agenda dosen asing: Siapa tahu?

*) Guru besar administra­si negara FISIP Unair Surabaya

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia