Gabungkan Dua Adat saat Menikah
SURABAYA – Dekorasi dedaunan dan kayu-kayu memperindah pintu masuk Dyandra Convention Center Sabtu sore (14/4). Dekorasi rustic modern itu digunakan untuk menyambut para undangan pernikahan Arfina Desy Buana Putri dan Phillo Putra Guntur Satiadhi.
Fina, sapaan Arfina, memasuki ruangan dengan kebaya modern berwarna putih. Digandeng sang ayah, Fina kemudian duduk bersandingan dengan Phillo untuk memulai akad nikah. Akad pernikahan berlangsung khidmat. Lalu, Phillo dan Fina sungkem kepada orang tua dan eyang mereka.
Tak seperti biasa, prosesi selanjutnya adalah tea pai. Dalam prosesi itu, Fina mengenakan gaun modern dan Phillo memakai jas. Prosesi dibuka dengan dua orang tua Phillo duduk di hadapan mempelai. Fina dan Phillo menyambut mereka dengan salam mengepalkan kedua tangan dan sedikit membungkuk. Orang tua kedua mempelai, nenek dari pihak ayah Fina, dan kerabat yang sudah menikah bergantian menjalani prosesi tersebut. Karena grogi, beberapa saat Fina dan Phillo sempat lupa memberikan salam kepal tangan. ”Eh lupa salamnya, ayo duduk lagi di kursi,” ungkap salah seorang kerabat yang hadir.
Dua adat yang dijalani itu merupakan pilihan Fina dan Phillo. ”Aku ingin menghormati adat Jawa dari ibuku dan adat Tionghoa dari ibu ayahku,” ungkap Fina. Pada sesi sungkeman, neneknya itu memang tidak ikut disungkemi karena diikutkan pada prosesi tea pai. ”Awalnya malah hanya keluarga Fina yang ikut
tea pai, tetapi selanjutnya keluarga Phillo excited dan memutuskan ikut,” ucap Denish Fajar, project manager Celtic Creative Event.
Memadukan dua adat itu justru lebih mudah karena dilakukan di lokasi yang sama. ”Seringnya, yang melakukan
tea pai ini paginya pemberkatan di luar, jadi harus pindah lokasi,” ujar Soni Laksono, managing director Celtic Creative.