Waspada Autoimun, Kenali Gejala sejak Dini
Banyak Terjadi pada Kaum Perempuan
RANGKAIAN acara hari ulang tahun ke-45 Prodia Laboratorium Klinik berlangsung di 22 kota di seluruh Indonesia sejak Maret lalu. Berbagai kegiatan terkait dunia kesehatan dikemas secara menarik dan edukatif. Salah satunya, seminar nasional kesehatan perempuan bertajuk keep strong healthy menghadapi penyakit autoimun yang di delapan kota yang cukup menyedot perhatian.
Di Surabaya, acara dihelat di Gedung Grha Prodia Surabaya pada Sabtu (21/4) dan dihadiri oleh 202 peserta. Terdapat dua topik yang disampaikan dalam seminar kesehatan tersebut.
Materi pertama dibawakan oleh dokter spesialis penyakit dalam Dr dr Gatot Soegiarto SpPD KAI membahas pemahaman dasar autoimun, patofisiologi, jenis-jenis autoimun, dan berbagai faktor serta gejala pembentuknya. Sedangkan materi kedua, seputar peran biomarker yang disampaikan oleh Regional Product Executive PT Prodia Widyahusada Tbk Nur Ainsyah Oktavia SSi MM.
Autoimun adalah penyakit yang diakibatkan adanya gangguan sistem kekebalan tubuh (imun). Identifikasi autoimun dapat terjadi apabila kondisi antibodi di dalam tubuh mengenali protein alami sebagai protein yang berbahaya dan kemudian menyerang sel-sel dalam tubuh sendiri. Penyakit autoimun yang sering ditemukan adalah systemic lupus erythematosus (SLE) atau lebih dikenal dengan istilah lupus.
Autoimun terjadi dari adanya faktor genetik dan lingkungan yang saling mempengaruhi. Parahnya, penyakit ini lebih banyak menyerang perempuan daripada laki-laki. ’’Perbandinganya yaitu 9:1 untuk perempuan dan laki-laki yang terkena autoimun. Itu karena perempuan memiliki kromosom xx. Sedangkan pria kromosomnya xy. Padalah, penyakit ini banyak menyerang kromosom x,” papar dr Gatot.
Fakta yang menarik adalah faktor lingkungan, seperti infeksi virus atau mikroba yang memicu autoimun, paparan UV, diet, stres, dan rokok. Kasus penyakit autoimun khususnya lupus di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu dari 1.336 kasus pada 2015 menjadi 2.166 kasus pada 2016.
Jika teridentifikasi autoimun, pasien harus melakukan tindakan preventif yang jelas. Selanjutnya, Nur Ainsyah Oktavia menjelaskan bahwa skrining autoimun untuk mereka yang sehat memang tidak ada. Tapi bagi yang bergejala, terdapat pemeriksaan antinuclear antibody (ANA). ’’Selain itu, tersedia pemeriksaan untuk menentukan jenis autoimun yang diderita, yaitu ANA profile, anti dsDNA NcX, ProALD, dan AMA M2,” jelas Ainsyah.
Melalui seminar tersebut, Prodia Laboratorium Klinik ingin mengenalkan bahwa layanan fasilitas kesehatan khususnya penanganan penyakit autoimun sudah dekat dengan masyarakat. ’’Saat ini Prodia sudah memiliki 137 cabang di seluruh Indonesia dengan laboratorium klinik next generation medicine. Jadi, kami sedang mengembangkan tes-tes di mana setiap pasien memiliki identifikasi dan penanganan yang berbeda,” jelas Marketing Communication Manager PT Prodia Widyahusada Tbk Reskia Dwi Lestari.
Selain itu, untuk lebih dekat dengan masyarakat, Prodia Laboratorium Klinik juga mengadakan acara campaign let’s check up di Prodia Healthy Fun Festival khusus anak muda di Surabaya Town Square kemarin. Melalui acara tersebut Prodia ingin mengajak anak muda untuk sedini mungkin mengenali kesehatan tubuh mereka. (van/xav)